REPUBLIKA.CO.ID, Pada suatu hari dalam perjalanan pulang ke Makkah, kafilah Abul Ash dicegat oleh pasukan patroli Rasulullah di tengah jalan dekat kota Madinah.
Unta-unta dan barang muatan dirampas, para pengiringnya ditawan. Mujur bagi Abul Ash, ia berhasil lolos dan melarikan diri.
Menjelang malam, ia memasuki kota Madinah dengan sembunyi-sembunyi dan hati-hati. Sampai di kota dia mendatangi rumah Zainab dan meminta perlindungan. Zainab pun melindunginya.
Tak lama kemudian Rasulullah menemui Zainab dan berkata, "Hormatilah Abul Ash. Tetapi ketahuilah, kamu tidak halal lagi baginya!"
Abul Ash dibebaskan oleh Rasulullah. Seluruh hartanya dikembalikan lagi. Ia pun berangkat ke Makkah, membawa kafilah dan barang dagangan kaum Quraiys.
Sampai di Makkah ia melunasi semua kewajibannya kemudian berkata, "Wahai kaum Quraiys, adakah orang yang belum menerima pembayaran dariku?"
"Tidak. Semoga Tuhan memberi balasan kepadamu dengan balasan yang lebih baik," jawab mereka.
"Sekarang ketahuilah," kata Abul Ash. "Aku telah membayar hak kalian masing-masing. Maka kini dengarkan, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad sesungguhnya utusan Allah.”
“Demi Allah, tidak yang menghalangiku untuk menyatakan berislam kepada Muhammad ketika berada di Madinah, kecuali kekhawatiranku seandainya kalian menyangka aku masuk Islam karena memakan harta kalian. Kini setelah Allah membayarnya kepada kalian semua dan tanggungjawabku telah selesai, aku menyatakan masuk Islam."
Abu Ash keluar dari Makkah dan menemui Rasulullah di Madinah. Beliau menyambut kedatangannya dan menyerahkan Zainab kembali padanya. Rasulullah bersabda, "Dia berbicara kepadaku, dan aku memercayainya. Dia berjanji kepadaku, dan dia memenuhi janjinya." (dinukil dari 101 Sahabat Nabi karya Hepi Andi Bastoni)