Tradisi Ramadhan di Maroko yang Hampir Menghilang

Red: Bilal Ramadhan

Ahad 29 Jun 2014 16:59 WIB

Muslimah di Maroko (ilustrasi). Foto: AP Muslimah di Maroko (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MARAKESH-- Tradisi selama Bulan Ramadhan di Maroko sangat penuh warna. Abdessamad Ali, warga Maroko yang saat ini tinggal di Amerika Serikat (AS), sangat mengingat tradisi Ramadhan di kampung halamannya secara spesifik.

Misalnya, saat berbuka puasa akan selalu disajikan Harira, sup khusus yang dibuat ibunya. Sedangkan untuk sahur, meriam-meriam dibunyikan untuk membangunkan warga agar tidak melewati waktu untuk sahur.

Dia juga mengingat Nefar, tiupan terompet untuk menyambut awal dan akhir Ramadan. Meskipun banyak dari ritual Ramadhan masih hidup di Maroko, beberapa di antaranya telah hampir menghilang dengan berjalannya waktu, terutama di kota-kota besar seperti Marrakesh.
"Ini benar-benar sedih melihat tradisi-tradisi itu pergi," kata Ali, yang telah tinggal di AS sejak tahun 1999. "Tapi Ramadhan masih istimewa karena Anda merasa itu," ujarnya seperti dikutip onislam.net.
Bagi mereka yang masih mengingat suara Nefars yang panjang dari sebuah tanduk kurus, bunyi sangkakala ini berfungsi hanya sebagai keterlibatan lain dari indera, pemandangan, suara, dan selera yang terkait dengan kenangan mereka Ramadhan. Sementara itu, di beberapa tempat lain, ritual terus berjalan.
"Ini adalah tradisi yang luar biasa di kota-kota kecil," kata Kat Fadaouri, yang berasal dari Agadir, Maroko, tapi sekarang membuat rumahnya di London.
Jennifer Wickens, seorang Muslim Kanada yang tinggal di kota Mimlal selama setahun pada tahun 2008, pernah mendengar ledakan dari sangkakala dari Nefar. "Bunyi-bunyian akan datang melalui jalan-jalan sekitar dua jam atau lebih sebelum tiba waktunya untuk memulai puasa," katanya
"Bunyi itu cukup untuk membangunkan Anda sehingga Anda bisa menghangatkan makanan dan duduk bersama untuk memakannya. Irama itu indah, ini telah berlangsung lama dan masih berlanjut hari ini," jelasnya.

Terpopuler