Begini Rasanya Puasa di Tengah Panas 50 Derajat Celcius

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Citra Listya Rini

Ahad 29 Jun 2014 16:04 WIB

Seorang Muslim Pakistan mempersiapkan tajil berbuka puasa Foto: AP Photo/Shakil Adil Seorang Muslim Pakistan mempersiapkan tajil berbuka puasa

REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Bulan Ramadhan kali ini bertepatan dengan cuaca terpanas di Pakistan. Warga Muslim Pakistan pun harus berpuasa di tengah terik matahari yang mencapai 50 derajat. 

“Cuacanya sangat panas tahun ini, dan akan lebih panas lagi pada bulan depan,” kata Gulzar Hussein, salah satu pedagang di pasar Empress Karachi, seperti dilansir dari OnIslam. 

Gulzar mengaku pernah merasakan panasnya matahari yang sangat menyengat seperti itu beberapa tahun yang lalu. “Saya tidak ingat kapan saya merasakan panasnya cuaca seperti ini. Mungkin beberapa tahun yang lalu,” katanya sambil mengusap keringat yang menetes dari wajahnya menggunakan sebuah handuk kecil yang digantungkan di pundaknya. 

Meskipun begitu, pria tua ini mengatakan cuaca panas tak membuatnya ingin membatalkan puasa. Justru, ia mengaku siap melawan panasnya terik matahari yang sangat menyengat.

“Setidaknya selama Ramadhan, saya tidak menganggap diri saya sebagai seorang pria tua,” ujar Gulzar sambil tersenyum. “Saya mengerti sangat sulit berpuasa selama 16 jam dalam cuaca yang sangat panas seperti ini dan tanpa air. Ini akan lebih membuatmu memahami rahmat Allah”. 

Tak hanya Gulzar, Ghulam Mohammad, seorang buruh dari Lyari, daerah kumuh di Karachi, pun mengaku siap untuk melawan cuaca panas ini. “Saya siap melawan cuaca panas ini. Justru, ini akan menambah kekuatan batin,” katanya.

“Lebih banyak kesulitan selama berpuasa, akan mendapat semakin banyak pahala. Karena itu, saya menyambut baik cuaca panas ini, layaknya cuaca panas ini telah memberikan pahala bagi saya,” ucap Mohammad. 

Meskipun begitu, Mohammad mengkhawatirkan adanya pemadaman listrik di musim panas ini yang dapat menyebabkan kesulitan bagi warga lainnya, terutama bagi mereka yang akan berpuasa.

Sebagian wilayah di negara itu, khususnya di daerah pedesaan, kini menghadapi pemadaman listrik selama delapan hingga sepuluh jam. “Bahkan jika pemerintah memastikan tersedianya listrik selama sahur dan buka puasa, saya akan sangat senang,” katanya. 

Kantor Meteorologi juga meramalkan cuaca panas ini yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh perubahan iklim. Selain itu, Meterologi juga memprediksi akan terjadi hujan ringan di musim hujan ini sehingga menyebabkan cuaca yang lebih panas pada Juli nanti. 

Terpopuler