Sejarah dan Aspek Puasa (3-habis)

Red: Chairul Akhmad

Sabtu 28 Jun 2014 20:48 WIB

Puasa dalam konsepsi Islam merupakan aktivitas spiritual yang bertabur ajaran perilaku. Foto: Republika/Tahta Aidilla Puasa dalam konsepsi Islam merupakan aktivitas spiritual yang bertabur ajaran perilaku.

REPUBLIKA.CO.ID, Seorang sahabat, Salamah bin Akwa', juga pernah berkata, “Dahulu kami ketika bulan Ramadhan pada zaman Rasulullah, yang ingin berpuasa maka boleh berpuasa, dan yang ingin berbuka maka dia memberi makan seorang miskin, hingga turun ayat Allah, 'Barang siapa yang mendapati bulan (Ramadhan) maka dia wajib berpuasa'.” (HR Bukhari dan Muslim).

Sejak turun ayat al-Baqarah ayat 183 tersebut maka puasa Ramadhan diwajibkan secara qath'i (mutlak) atau ilzaam (pengharusan).

Namun, saat itu ibadah puasa terlalu berat dilakukan karena Muslimin tak diizinkan makan, minum, dan bersetubuh setelah shalat Isya.

Bahkan, seorang sahabat pernah tertidur saat buka puasa. Namun, ia terbangun saat waktu berbuka telah lewat dan ia tak diizinkan berpuasa hingga keesokan harinya ia pingsan.

Melihat kesulitan tersebut maka Allah Ar Rahman Ar Rahim pun memberikan keringanan. Turun ayat penyempurna yang mengizinkan Muslimin berbuka hingga waktu shubuh. “Maka, sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untuk kalian, dan makan minumlah hingga terang bagi kalian benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam.” (Surah al-Baqarah ayat 187).

Demikianlah syariat puasa Ramadhan dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Syariat ini pun difardhukan hingga kini dan terus berlaku hingga hari kiamat.

Ibnul QAyyim dalam Zaadul Ma'aad mengatakan, “Tatkala menundukkan jiwa dari perkara yang disenangi termasuk perkara yang sulit dan berat maka kewajiban puasa Ramadhan tertunda hingga setengah perjalanan Islam setelah hijrah."

"Ketika jiwa manusia sudah mapan dalam masalah tauhid, shalat, dan perintah-perintah dalam Alquran maka kewajiban puasa Ramadhan mulai diberlakukan secara bertahap. Kewajiban puasa Ramadhan jatuh pada tahun kedua hijriah. Tatkala Rasulullah wafat, beliau sudah mengalami sembilan kali puasa Ramadhan.”