REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- DPRD Kota Padang, Sumatera Barat, mengimbau masyarakat setempat bijak menyikapi tradisi "balimau" saat memasuki bulan Ramadhan, dengan pergi berekreasi ke lokasi objek wisata, ataupun tempat pemandian.
Wakil Ketua DPRD Kota Padang, Muharlion, di Padang, Jumat, mengatakan, masyarakat harus bisa menyikapai tradisi balimau (mandi dengan memakai berbagai kembang dan limau, serta pewangi yang disiramkan ke rambut) ini dengan bijak, tidak perlu pergi ke tempat-tempat pemandian seperti sungai, dan objek wisata lainnya, dimana hal tersebut lebih banyak mubazirnya, dan bukan cara yang baik dalam menyambut bulan suci Ramdhan, sebab tujuannya lebih pada berhura-hura.
"Tradisi balimau yang ada saat ini lebih banyak mudharad dari pada manfaatnya, sebab tujuan utamanya adalah mebersihkan diri menyambut bulan suci, namun saat ini malah banyak kegiatan tersebut dilakukan dengan mandi ditempat umum, dan bercampur dengan orang yang bukan mukhrim atau pria dan wanita, itu tentu sudah jelas bukan makna yang sebenarnya," kata Muharlion.
Ia menambahkan, sebab itu kepada masyarakat Kota Padang, daripada harus pergi ke tempat pemandian satu hari jelang Ramadhan, lebih baik di rumah saja mensucikan diri, dan juga memperbanyak ibadah atau memperbanyak silaturahmi dengan para tetangga dan keluarga, ini akan lebih mensucikan kita dari pada harus mandi di tempat pemandian,
Balimau sendiri telah menjadi tradisi didaerah tersebut bagi masyarakatnya, dimana satu hari jelang masuknya bulan Ramadhan, kebanyakan warga pergi beramai-ramai ke lokasi objek wisata ataupun pemandian, dan tidak jarang karena banyaknya warga yang mandi disatu lokasi, memakan korban jiwa, seperti orang hanyut, selain itu juga praktik kriminalitas seperti pencurian dapat terjadi.
Sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Padang, menjelaskan, kegiatan jelang Ramadhan seperti balimau, sebenarnya tidak ada kaitannya dengan puasa, harus disikapi dengan cerdas oleh masyarakat, agar tidak menyimpang dari tujuan tradisi tersebut.
"hal ini harus disikapi semua pihak, dan ingat tidak ada sangkut pautnya tradisi tersebut dengan puasa, yang lebih penting itu, adalah membersihkan diri lahir dan batin ketika menyambut bulan Ramadhan, semoga masyarakat lebih cerdas dalam menyikapi persoalan ini," kata Ketua MUI Kota Padang Duski Samad.
MUI menjelaskan, membersihkan diri lahir dan batin dimulai dari diri sendiri, dimana menjaga prilaku yang menjurus pada maksiat, mengendalikan diri dari hawa nafsu, hingga saling memaafkan satu sama lain, mulai dari orang terdekat, yakni orang tua, kerabat, serta sesama umat Islam lainnya.
Sementara itu, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Padang, menjelaskan, untuk pengamanan kegiatan yang sering dilakukan warga setempat di lokasi pemandian alam tersebut, telah disiapkan personel pengamanan,
Kepala Satpol PP Padang, Andre Algamar, mengatakan, untuk antisipasi dan pengamanan, dalam kegiatan balimau setidaknya 125 orang personel telah disiapkan, untuk memantau keamanan dilokasi pemandian dan objek wisata.
"Personel tersebut akan disiagakan di sejumlah titik, objek wisata atau permandian, dan tentunya juga bekerjasama dengan aparat penegak hukum, dan instansi terkait lainnya, agar kenyamanan, keamanan, masyarakat dapat terjaga, sebab kemungkinan juga banyak masyarakat dari daerah lain yang datang kelokasi objek wisata daerah ini," kata Ande.
Sehubungan dengan itu, dari data yang ada, di Kota Padang setidaknya ada 25 titik objek wisata, yang tersebar di sembilan kecamatan dari 11 kecamatan di ibu kota Provinsi Sumatera Barat itu, yang sering dikunjungi masyarakat, termasuk saat balimau memasuki bulan Ramadhan.
Objek wisata tersebut tersebar di Kecamatan Koto Tangah, Pauh, Kuranji, Padang Barat, Padang Selatan, Lubugbegalung, Nanggalo, Bungus, dan Lubuk Kilangan.