Mendongkrak Kepedulian Sosial (1)

Red: Chairul Akhmad

Jumat 27 Jun 2014 10:51 WIB

Puasa hendaknya dijadikan pelecut semangat dalam kerja maupun ibadah. Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang Puasa hendaknya dijadikan pelecut semangat dalam kerja maupun ibadah.

Oleh: Damanhuri Zuhri

Puasa menanamkan sikap peduli dan berbagi terhadap sesama.

Ibnu Abbas menyebutkan bahwa peningkatan frekuensi ibadah dan evaluasi bacaan Alquran selama Ramadhan, menjadi daya dorong kuat kepedulian Rasulullah SAW terhadap lingkungan sekitar.

Berpuasa semakin mengasah kepekaan sosial Nabi Pamungkas itu. Ibadah sosial selama Ramadhan itu penting pula menginspirasi segenap Muslim.

Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Prof Didin Hafidhuddin mengatakan, berpuasa Ramadhan mampu menajamkan semangat dan perasaan kebersamaan. Ini adalah salah satu hikmah utama Ramadhan. “Saling menghargai dan saling menya yangi antarsesama dan terutama kaum dhuafa,’’ katanya.

Menurut Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, rasa lapar dan haus yang dirasakan oleh orang yang berpuasa, akan melahirkan kasih sayang dan cinta kepada orang-orang yang sehari-harinya lapar dan haus akibat ketiadaan makanan dan minuman. Inilah latar belakang perintah zakat fitrah di akhir Ramadhan. “Agar tidak ada orang kelaparan di Hari Raya,” katanya.

Dengan demikian, sambung ulama kelahiran Bogor, Jawa Barat ini, puasa mengikis egoisme dan menggantikannya dengan solidaritas sosial. Ini menjadi energi positif di sepanjang tahun setelah Ramadhan. “Ramadhan hanya untuk menguatkan hal itu,” tegasnya.

Aplikasi nilai-nilai kesosialan selama Ramadhan bisa melahirkan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi umat dan bangsa Indonesia secara lebih luas.

Termasuk mampu menolong kaum dhuafa, menyantuni mereka agar tidak kelaparan, memberi biaya belajar bagi yang tidak mampu, membukakan lapangan kerja, membangun institusi pendidikan dan kesehatan yang terjangkau untuk dhuafa. “Sebab, sehat dan punya ilmu akan memotong mata rantai kemiskinan,” ujar Didin.

Terpopuler