Mendulang Pahala Selama Ramadhan (2-habis)

Red: Chairul Akhmad

Jumat 27 Jun 2014 10:39 WIB

Intensitas ibadah harus bertambah selama Ramadhan. Foto: AP Photo/Hassan Ammar Intensitas ibadah harus bertambah selama Ramadhan.

Oleh: Nashih Nashrullah

Ketika malam tiba, Rasulullah tak menghabiskan waktu-waktu berharga itu secara sia-sia. Nabi Muhammad menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan beribadah.

Di antara amalan yang paling sering ialah shalat sunah dan membaca Alquran. Hadis riwayat Ahmad dari Aisyah mengisahkan kegiatan Rasulullah tersebut.

Aisyah mengatakan bahwa ia tidak pernah melihat Nabi Muhammad membaca Alquran seluruhnya dalam semalam dan tidak shalat hingga Shubuh, serta tidak puasa sebulan penuh, kecuali di Ramadhan.

Selain itu, Rasulullah juga kerap beriktikaf sepanjang Ramadhan. Kegiatan itu mulai intensif dilaksanakan sejak bermukim di Madinah. Hampir setiap tahun, tak pernah absen melakukan iktikaf. Ini seperti ternukil dalam hadis Bukhari dari Aisyah.

Pada mulanya, pelaksanaan iktikaf itu berada di 10 malam pertama. Kemudian, berganti lagi di 10 malam kedua. Lalu, Rasulullah beralih mengintensifkan lagi di 10 malam terakhir. Hal ini ditempuh untuk mencari keberkahan malam Lailatul Qadar.

Selanjutnya, iktikaf di 10 malam terakhir itu konsisten dilakukan hingga Rasulullah meninggal. Ini dikuatkan lagi oleh hadis riwayat Bukhari dari Aisyah.

Ibadah sosial

Meskipun Rasulullah mengintensifkan ibadah kepada Allah selama Ramadhan, ini tak berarti bahwa segala aktivitas vertikalnya itu mengabaikan perhatian dan kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar.

Bahkan, kebaikan Rasulullah kepada para dhuafa dan mereka yang membutuhkan semakin meningkat. Jauh lebih besar dibanding kan hari-hari biasa.

Demikian juga, dengan ketinggian akhlak Nabi Muhammad. Perilaku dan budi pekerti luhur yang dimiliki Rasulullah, kian bertambah harum semerbak. Menebarkan aroma wangi bagi siapa pun yang menciumnya.

Apakah rahasia di balik peningkatan kebaikan Rasulullah atas sesama di Ramadhan? Sebuah riwayat dari Ibn Abbas menyebutkan bahwa energi yang menjadi daya pendorong kebaikan tersebut ialah pertemuannya dengan Jibril dan evaluasi serta ulangan bacaan (mudarasah) Alquran.

Aktivitas mudarasah Al quran itu berlangsung setiap hari sepanjang Ramadhan. Dan, lewat mudarasah ini pula, Rasulullah kembali memperbarui janji untuk tetap kaya hati, berjiwa besar, dan berlapang dada. Kondisi inilah yang terus mendongkrak sikap dan kebaikannya kepada sesama.

Terpopuler