PBNU Siap Koreksi Hasil Sidang Isbat

Red: Agung Sasongko

Kamis 26 Jun 2014 17:00 WIB

Sidang isbat terkait penetapan 1 Ramadhan di kantor Kementerian Agama, Jakarta. Foto: Republika/Agung Supriyanto/c Sidang isbat terkait penetapan 1 Ramadhan di kantor Kementerian Agama, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengimbau umat Islam menaati putusan Sidang Isbat dalam menentukan awal Ramadhan 1435 Hijriah yang akan diselenggarakan Jumat (27/6) malam.

"Saat ini kami belum bisa menentukan kapan jatuhnya tanggal 1 Ramadhan tetapi kami mengharapkan hasilnya berlaku dan diikuti seluruh umat Islam di Indonesia," kata Ketua Lajnah Falakiyah PBNU KH Ahmad Ghazalie Masroeri di Jakarta, Kamis (26/6).

Ahmad Ghazalie mengatakan, hari Jumat (27/6) PBNU juga akan menyelenggarakan rukyatul hilal (melihat bulan baru/hilal) di seluruh Indonesia dan hasilnya akan dilaporkan pada Sidang Isbat Penetapan Awal Ramadhan 1435 Hijriah, yang diselenggarakan Kementerian Agama.

"Kalau putusan Sidang Isbat tersebut sesuai dengan pedoman NU maka kami mendukung tapi jika tidak sesuai dengan ketentuan, kami akan lakukan koreksi," katanya.

Ahmad Ghazalie mengatakan pihaknya berupaya agar umat Islam di Indonesia bisa menjalani puasa Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha dengan kompak dan tidak terjebak perbedaan penentuan hari. "Kami sedang mengajukan titik temu pemikiran ke arah kesatuan," katanya.

Selain itu, ia mengatakan kendati NU menggunakan metode rukyat namun metode hisab juga digunakan untuk memandu pelaksanaan rukyat supaya lebih efektif dan berkualitas. "Menggunakan iptek dianjurkan oleh Islam tetapi secerdas apapun akal manusia tetap ada keterbatasan sehingga iptek digunakan sebagai instrumen untuk memahamai teks Alquran, bukan untuk menggantikannya," katanya.

Ahmad Ghazalie juga mengimbau umat Islam lebih menghayati Ramadhan 1435 Hijriah dengan cara mengendalikan diri untuk menghindari gaya hidup konsumtif dan menjauhi konflik menjelang pemilihan presiden. "'Shopping' boleh saja asal yang dibelanjakan untuk kepentingan bersama, dibagikan kepada yang membutuhkan, bukan untuk berboros ria," ujar Ahmad Ghazalie.

Terpopuler