REPUBLIKA.CO.ID, Ramadhan dan Idul Fitri sering kali disa lahartikan oleh banyak orang. Paradigma pengeluaran menjadi lebih besar dari biasanya serasa sudah menjadi hal biasa saat bulan puasa.
Keuangan keluarga seolah berantakan. Padahal, dari sebelum puasa kondisinya memang sudah ruwet dan tidak terencana. “Ini yang sering kali menjadi kasus umum di tengah masyarakat,” kata Elsa Febiola Aryanti, perencana keuangan dari Hijrah Institute.
Saat Ramadhan, banyak orang ingin berbuka puasa dengan makan enak. Belum lagi, memenuhi ajakan berbuka puasa di mal bersama kolega. Atau, belanja barang-barang karena tergiur potongan harganya.
Faktanya, Ramadhan merupakan sebuah kejadian yang berulang tiap tahunnya. Seharusnya, pengeluaran keuangan bisa diantisipasi dan lebih terencana dengan baik.
Isi kantong bisa disiasati tanpa harus jebol berlebihan. Cara merencanakannya, kata Elsa, sederhana saja. Ingatlah kembali pengalaman kejadian pada saat Ramadhan sebelumnya.
Misalnya, pengeluaran pasti bertambah dengan keinginan pulang ke kampung halaman. Mempersiapkan porsi ini sejak jauh hari akan memudahkan ketika harinya tiba.
Selama Ramadhan, papar Elsa, seharusnya perlu memerhatikan setiap aktivitas yang dijalani. Ramadhan harusnya menjadi bulan memperbanyak ibadah.
Elsa mengingatkan agar berhati-hati dengan segala godaan dari banyak sisi. Ia mencontohkan, kegiatan ngabuburit atau menunggu waktu berbuka puasa yang biasanya dihabiskan dengan jalan-jalan ke mal.
“Niatnya mungkin hanya window shopping saja. Ketika melihat barang yang menarik, akhirnya keluar uang untuk belanja juga. Padahal, mungkin barang tersebut tidak perlu,” papar Febiola yang memiliki kelas edukasi keuangan online di www.medidu.com ini.