REPUBLIKA.CO.ID, Balita juga dapat mengenal puasa dengan melihat perilaku orang di sekitarnya. Untuk itu, setiap anggota keluarga harus menjalankan ibadah ini dengan sungguh-sungguh.
Proses meniru akan terjadi secara alami. Ketika si kecil bertanya, jawablah dengan penjelasan yang mudah dimengerti. "Jelaskan puasa melatih kesabaran dan berguna supaya kita merasakan penderitaan orang-orang yang tidak mampu untuk membeli makanan," kata Elly.
Kelancaran proses tersebut sangat tergantung pada kreativitas orang tua. Agar anak semakin semangat menjalankan puasa, silakan memberinya iming-iming hadiah. Tak perlu berlebihan, tentunya. Pada usia balita, motivasi eksternal masih penting peranannya dalam membentuk perilaku anak.
Sejalan dengan itu, motivasi internal juga harus terus dikembangkan. "Pujilah anak ketika mereka bisa menahan amarahnya selama berpuasa, dengan begitu ia akan lebih bersemangat menjalankan ibadah ini," urai Elly.
Faktanya, balita cenderung lebih tertarik pada konsekuensi yang didapat dengan kesediaannya untuk mencoba berpuasa. Ketika mendengar bunda menjanjikan yang berpuasa akan mendapatkan hidangan istimewa di waktu berbuka, anak akan fokus pada janji tersebut.
"Katakan, yang tak berpuasa tidak berhak mencicipi," imbuh Vera Itabiliana Hadiwidjojo, psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan, Universitas Indonesia.
Bagaimana jika ananda tampak enggan ber puasa? Bersabarlah. Tak perlu memarahi atau mendesaknya dengan nada tinggi.
Pikirkan saja cara perkenalan yang lebih kreatif. Ingat saja, kesuksesan puasa bergantung pada kemauan si kecil, dibantu dengan arahan ayah dan bundanya. "Jika dipaksa, anak malah tak akan menuruti ajakan berpuasa," ungkap Vera.