REPUBLIKA.CO.ID, Lima jam menguras energi di dalam Luweng Jomblang, perut serasa kosong kembali. Pengobat lapar yang sempurna rasanya makanan khas setempat.
Daerah Gunungkidul memiliki makanan pokok tiwul. Yakni, gaplek atau ubi kayu yang dijemur hingga kering. Sayangnya, makanan pokok ini sudah jarang ditemukan di daerah asalnya.
Mayoritas warga Gunungkidul, kini sudah beralih mengonsumsi beras sebagai makanan pokok. “Kalau warga di pedesaan mungkin masih ada sebagian kecil yang makan tiwul,” ujar Kepala Dusun Jetis Wetan Suparlan.
Sebagai gantinya, lelaki yang akrab disebut Pak Brewok ini merekomendasikan sejumlah rumah makan yang menyediakan kuliner pedesaan, yang bercita rasa khas Gunungkidul. Salah satunya di RM Lesehan Pari Gogo.
Sepintas rumah makan yang ber ada di Jalan Raya Semanu, Wono sari, Km 7 —atau kurang dari 30 menit dari Jetis Wetan—ini tak jauh berbeda dengan rumah makan lain nya. Tidak terlalu mewah, tapi tempatnya cukup bersih dan nyaman.
Di sini, pengunjung dapat menikmati santap mereka dengan lesehan di atas bale-bale. Menu yang ditawarkan lumayan lengkap dalam satu paket penyajian.
Masing-masing terdiri atas nasi beras merah, mentahan (semacam karedok), sayur daun pepaya, serta sayur tempe lombok ijo kuah santan. Sayur ini sejatinya merupakan hidangan pelengkap tiwul.
Masih satu paket dalam penyajian juga terdapat sejumlah lauk, seperti wader(ikan sawah) goreng, empal daging sapi, serta babat iso goreng.
Soal cita rasa, sangat mengundang selera. Hidangan-hidangan ini merupakan menu spesial rumah makan ini. Soal harga boleh dibilang masih terjangkau. Seperti halnya di rumah makan Padang , pemilik warung hanya menghitung hidangan yang dimakan.
Sebagai gambaran, dengan merogoh kocek, mengeluarkan selembar Rp 50 ribuan, perut dua orang sudah menjadi ‘tenang’.