Sabar Ada Batasnya?

Red: Chairul Akhmad

Rabu 25 Jun 2014 10:21 WIB

Kata sabar sangatlah mudah untuk diucapkan namun tidak mudah untuk dilaksanakan. Foto: William-wright.com Kata sabar sangatlah mudah untuk diucapkan namun tidak mudah untuk dilaksanakan.

Oleh: Ahim Abdurahim

Sifat sabar adalah sifat yang mulia dan menjadi salah satu sifat wajib dipegang teguh setiap Muslim, selain sifat syukur dan ikhlas. Sifat mulia akan membawa kedamaian dan ketentraman hati dalam keadaan apa pun.

Sebagaimana telah dicontohkan Nabi Syuaib AS ketika mendengar berita duka dari anak-anaknya yang membawa kabar bohong bahwa (nabi) Yusuf, anak kesayangannya, telah tewas diterkam srigala.

Mendengar kabar tersebut, Nabi Syuaib AS berkata, “Bahwa sabar bagiku adalah yang terbaik,” dengan keyakinan bahwa kasih sayang dan pertolongan Allah SWT akan senantiasa menaungi orang yang saleh.

Menurut Imam Ali RA, sifat sabar terdiri dari empat ciri, yaitu keinginan yang kuat, rasa takut pada api neraka, ketakwaan dan tidak takut mati. Siapa pun yang berkeinginan kuat untuk memperoleh surga maka ia akan mengabaikan ajakan dan godaan setan. Barangsiapa yang takut pada api neraka maka ia akan menjauhi semua perbuatan dosa.

Barangsiapa yang istiqamah dalam ketakwaan maka ia akan diberikan kemudahan dalam menghadapi segala kesulitan dan kesusahan dalam hidup. Barangsiapa yang tidak takut pada kematian maka ia akan bersegera mengamalkan perbuatan baik.

Sedangkan menurut Menurut Rasyid Ridha, sifat sabar terbagi tiga keadaan, yaitu sabar ketika untuk tetap istiqamah dalam melaksanakan perintah Allah, sabar untuk selalu menjauhi perbuatan dosa atau maksiat, dan sabar dalam keadaan menghadapi kesulitan dan cobaan.

Kata sabar sangatlah mudah untuk diucapkan namun tidak mudah untuk dilaksanakan. Sering kita mendengar ungkapan seseorang yang sedang kesal kemudian mengucapkan “tapikan sabar ada batasnya” atau ucapan “sudah habis kesabaranku….. .”

Namun, apakah ungkapan tersebut dibenarkan menurut akhlak Islami? Apakah benar kesabaran itu ada batasnya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita harus memulai dengan menjawab pertanyaan apa makna sabar? Untuk apa seseorang bersabar? Apa yang ingin diperoleh orang yang sabar?

Secara bahasa kata sabar berasal dari kata dasar (masdar) fi’il madli, shabara, yang berarti ‘menahan’ atau memiliki makna mengendalikan diri agar selalu taat dan berpra sangka baik kepada Allah SWT. Sehingga dalam keadaan apa pun seorang Muslim tidak boleh melakukan tindakan yang keluar dari ketaatan dan keyakinan kasih sayang Allah SWT.

Bagi setiap Muslim, kesabaran yang dilakukan harus ditujukan dalam rangka beribadah dan untuk memperoleh keridhaan Allah SWT sehingga menjadi bekal bagi kehidupan di akhirat kelak.

Di samping itu, sifat sabar harus dilandasi dengan keyakinan bahwa Allah SWT akan memberikan pertolongan dan kemudahan bagi orang-orang yang saleh dan akan memberikan ketentraman dan kedamaian ke dalam hati. Sedangkan orang yang dalam keadaan tidak sabar dan bertindak di luar kendali mengakibatkan hati menjadi gundah dan cenderung akan menganggu kesehatan fisik maupun mental.

Dampak yang terjadi dari tindakan sabar adalah menciptakan kemaslahatan baik bagi diri sendiri, orang lain atau siapapun. Bagi orang yang sabar setiap tindakan yang akan dilakukan selalu terukur.

Sehingga selalu menghasilkan kemaslahatan, dan apabila menimbulkan efek kemudharatan yang tidak bisa dihindari, maka kemudharatan yang terjadi harus seminimal mungkin. Wallahu a’lam bish shawab.

Terpopuler