Mengomunikasikan Perbedaan (1)

Red: Chairul Akhmad

Selasa 24 Jun 2014 19:14 WIB

Pemantauan hilal awal Ramadhan. Foto: Republika/Agung Supri Pemantauan hilal awal Ramadhan.

Oleh: Roni Tabroni*

Persoalan penanggalan bulan, terutama terkait dengan awal dan akhir Ramadhan dari dulu selalu diwarnai dinamika.

Tidak seperti bulan-bulan lainnya, perbedaan ini kemudian menjadi perhatian khusus karena terkait dengan mulai ibadah puasa dan Idul Fitri.

Namun, persoalan Ramadhan dalam konteks perbedaan ini menjadi semakin sensitif paling tidak beberapa tahun terakhir, terutama penentuan Idul Fitri 2011.

Hal ini yang kemudian kembali mengundang wacana di permukaan (media) terkait dengan pernyataan beberapa tokoh yang berpengaruh kepada umat di tingkat bawah. Sebab, hampir bisa dipastikan, untuk Indonesia, awal Ramadhan akan terjadi perbedaan.

Sayangnya, upaya mencari titik temu dengan pendekatan kesepakatan derajat tertentu oleh T Jamaluddin kemudian bukannya memberikan solusi, melainkan malah menimbulkan perbedaan menda lam.

Dalam pandangan Muhammadiyah, membangun kesepakatan dalam konteks ini tidak semudah apa yang diinginkan sebab terkait dengan keyakinan beribadah.

Untuk mendekati dinamika ini, sebaiknya dilihat dari sudut pandang yang lain sehingga keluar dari aspek teologis atau perdebatan matematis yang sudah nyata diyakini oleh masing-masing kelompok agama ini secara berbeda.

Karenanya, mengimani pluralitas merupakan perwujudan dari sikap setiap orang—termasuk elite agama—sehingga dapat menjaga setiap pernyataannya agar tidak bersifat menuduh, mengecilkan, menyalahkan, dan merasa benar sendiri.

Konsekuensi dari sebuah penghormatan terhadap keyakinan pihak lain sebaiknya dicerminkan dari sikap dan cara berkomunikasi yang baik kepada semua pihak dalam berbagai aspek.

Ketika penyamaan pandangan itu tidak mungkin dilakukan, yang paling bijak adalah meyakini apa yang kita yakini dan mempersilakan orang lain meyakini keyakinannya sendiri.

Setelah itu, tidak ada proses komunikasi yang bersifat mengganggu ketenteraman dan harmonisasi di kalangan pihak-pihak yang berbeda.

*Pengurus Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Terpopuler