REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyerukan umat Islam untuk saling menghormati apabila terjadi perbedaan terkait penentuan awal Ramadhan.
"Umat Islam perlu saling menghormati dan tidak terjebak pada pertentangan dan perselisihan termasuk perbedaan paham keagamaan," kata Ketua Umum MUI Din Syamsuddin di Jakarta, Selasa (24/6).
Dalam tausiah menyambut Ramadhan 1435 Hijriah tersebut, MUI juga mengingatkan umat Islam agar berupaya menjadikan Ramadhan sebagai sarana penyucian diri dan penguatan diri.
Hal itu dilakukan dengan cara menghindarkan diri dari segala bentuk kemungkaran dan kemaksiatan termasuk menghindari budaya konsumtif.
Seluruh organisasi dan lembaga Islam khususnya lembaga pendidikan juga diminta untuk mengisi bulan Ramadhan dengan berbagai program keutamaan untuk keluarga, remaja dan anak-anak.
Kegiatan tersebut seperti tadarus Alquran, pesantren kilat, perkemahan Ramadhan, kursus keagamaan dan lainnya agar lebih memberi makna pada pengayaan nilai dan khazanah Ramadhan sebagai bulan latihan.
Ramadhan sebagai bulan idabah dan bulan amal sehingga umat Islam diimbau untuk meningkatkan amal shaleh dengan membantu kaum dhuafa melalui penyaluran zakat, infak, sedeka dan amal sosial lainnya.
MUI juga mendorong perusahaan-perusahaan untuk mengeluarkan tanggung jawab sosial dan tanggung jawab mengentaskan kemiskinan dan memberdayakan masyarakat.
"MUI mengharapkan semua pihak dapat bersama-sama menciptakan suasana harmonis dan kondusif dengan mengembangkan toleransi dan kearifan sosial dan menghindari segala bentuk kekerasan," kata Din.