REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Riau memperkirakan sekitar 1.000 orang di provinsi tersebut akan berangkat umrah ke tanah suci selama Ramadhan 1435 Hijriah.
"Saat ini permasalahan 'Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus' tidak jadi isu lagi, kemungkinan dari Riau tidak lebih 1.000 orang berangkat selama musim Ramadhan," ujar Ketua Asita Riau Ibnu Masud di Pekanbaru, Senin (23/6).
Menurut dia, lepasnya kekhawatiran seseorang jamaah di Riau dari virus yang bisa mematikan tersebut karena tidak ada lagi ditemukan pasien yang menderita suspect MERS-Cov baik ketika berada di Arab Saudi maupun ketika tiba di Tanah Air.
Ditambah lagi para pemilik travel yang bergerak pada bisnis jemaah umrah atau haji plus telah melakukan sosialisasi sebagai langkah antisipasi untuk mencegah terjadinya sindrom pernapasan Timur Tengah sejak seorang jamaah berada di Tanah Air.
Seperti imbauan untuk selalu dilengkapi dengan alat penutup hidung dan mulut atau masker, kemudian imbauan tidak sering berada di ruangan terbuka, menghindari tempat-tepat padat penduduk, dan sering mencuci tangan.
Lalu, makan dengan makanan yang bersih, kemudian selama berada di Tanah Suci tidak lagi membawa para jemaah mengunjungi pertenakan unta dan minum susu hewan gurun pasir tersebut karena dikawatirkan bisa terkena virus korona MERS.
"Tahun ini kita berangkatkan sekitar 200 orang jamaah umroh yang terbagi dalam lima kelompok. Harga yang kami jual dinaikan menjadi 500 dolar AS atau diatas Rp30 juta per orang. Sebab untuk sewa hotel, ongkos pesawat dan lain-lain semuanya naik," katanya.