Syifa Fauzia: Berpuasa dengan Waktu yang Panjang (2-habis)

Red: Damanhuri Zuhri

Senin 23 Jun 2014 12:22 WIB

Syifa Fauziah Foto: Dok. Pribadi Syifa Fauziah

REPUBLIKA.CO.ID, -- Segala macam makanan instant, bumbu masakan sudah disiapkan, dan karena di sana ia tinggal di asrama mahasiswa dengan dapur yang mengharuskan berbagi, karena itu sesampainya di London, ia langsung membeli rice cooker.

Dalam Beberapa hari, Syifa sering makan hanya mie instant, telur, dan rendang yang dibawa dari Jakarta. ''Tidak gampang mencari makanan halal di sekitar tempat saya tinggal,'' paparnya.

Yang membuatnya sedih, Syifa harus makan sahur sendirian. ''Teman satu asrama saya semuanya nonmuslim. Berpuasa di London memakan waktu yang hampir sama dengan Indonesia, bahkan tak jarang lebih cepat.''

Meski demikian, ia mengaku terhibur karena teman-teman Bule dari negara lain, sering menemaninya memasak . ''Mereka cukup kagum dengan kemampuan orang Muslim berpuasa sehari penuh tanpa makan dan minum,'' ungkap Syifa bangga.

Sehingga, saat waktu berbuka tiba, teman-teman Bulenya semangat sekali memberikan Syifa makanan ringan untuk menambah menu berbuka. ''Alhamdulillah, semua saya lewati dengan pengalaman-pengalaman yang sangat berkesan,'' ujarnya penuh syukur.

Berpuasa di dua negeri muslim sebagai minoritas, ungkap Syifa, memberikan pengalaman berharga. Ada rasa kesedihan karena tempat tinggal yang jauh dari masjid, jarang mendengar adzan, bangun kesiangan ataupun memasak sendiri dalam keadaan mengantuk.

''Paling enak memang berpuasa di negeri sendiri, Namun di manapun kita berada jadikanlah puasa sebagai pendekat diri kita kepada Allah SWT, meskipun banyaknya keterbatasan yang kita temui,'' ungkap Syifa Fauzia berpesan.

Terpopuler