REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Harga bunga mawar yang sering digunakan masyarakat berziarah ke makam di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah menjelang Ramadhan atau bulan puasa melonjak hingga Rp130.000 per keranjang.
Para pedagang bunga di Pasar Boyolali, Minggu mengatakan, bahwa kenaikan harga bunga mawar di pasar melonjok karena permintaan pada musim kegiatan ziarah ke makam menjelang Ramadhan meningkat hingga enam kali lipat dibanding hari biasa.
Menurut Sutarso (33) pedagang bunga di Pasar Boyolali, bahwa bunga mawar pada hari biasa hanya dijual Rp15.000 per keranjang, tetapi kini menjelang bulan puasa mencapai antara Rp125.000-Rp130.000 per keranjang. Meskipun, harga bunga tabur di pasar melonjak, tetapi masyarakat tetap membeli karena hal itu sudah menjadi tradisi kebutuhan mereka menjelang Ramadhan berziarah kubur.
"Harga bunga di tingkat petani juga sudah mahal. Mereka menjual sudah mencapai Rp100 ribu per keranjang, dan tingkat tengkulak ada kenaikkan sekitar Rp10 ribu, sehingga di pedagang bisa ditawarkan Rp125 ribu hingga Rp130 ribu per keranjang," katanya.
Dia mengakui, mengambil untung dengan menjual bunga hanya sekitar Rp10.000-Rp15.000 per keranjang.
Menurut dia, pada musim ziarah atau "sadranan" menjelang bulan puasa tersebut menjadi kesempatan pedagang untuk mengambil untung dari penjualan bunga. Hal ini, masyarakat jawa tidak bisa meninggalkan adat budaya itu, untuk menyempatkan pulang kampung untuk berziarah.
Tukinem (45) pedagang lainnya, mengatakan, harga bunga tabur untuk berziarah memang menjelang Ramadhan ini, melonjak. Karena, harga di tingkat petani juga sudah mahal. "Selain itu, persediaan bunga tabur tidak seimbang dengan permintaan masyarakat yang terus meningkat. Stok berkurang dan permintaan meningkat," katanya.
Menurut Tukinem, harga bunga mawar kini mencapai Rp125.000 per keranjang. Bahkan, menjelang sore hari dijual mencapai Rp130.000- Rp140.000 per keranjang. Yuli (40) warga Polisen Boyolali mengatakan, kebutuhan bunga tabur memang sudah menjadi tradisi masyarakat jawa menjelang Ramadhan akan meningkat dan harga kadang tidak bisa diduga sebelumnya.
"Saya membeli bunga tabur setengah keranjang mencapai Rp65 ribu. Padahal, harga biasa hanya sekitar Rp10 ribu," katanya.
Namun, kata dia, karena hal tersebut sesuatu kebutuhan yang harus dipenuhi untuk berziarah ke makam orang tua atau sanak saudara yang sudah meninggal, maka mereka harus membelinya. Selain itu, Boyolali khususnya lereng Gunung Merapi seperti Selo dan Cepogo merupakan daerah centra penghasil bunga tabur dan lainnya. Namun, karena stok tidak mampu mencukupi permintaan, maka harga terus melonjak.