Warak Ngendhok Simbol Harmonisasi Ramadhan

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Agung Sasongko

Ahad 22 Jun 2014 18:00 WIB

Warak Ngendhok Foto: Antara Warak Ngendhok

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Tradisi Dugder merupakan penanda akan datang bulan suci Ramadhan. Dibalik tradisi ini terdapat makna yang mengisyaratkan harmonisasi kehidupan beragama di Semarang, Jawa Tengah.

Isyarat itu tersingkap pada salah satu maskot yang tak lekang dari tradisi ini adalah ‘Warak Ngendhok’. Ikon berupa binatang imajiner ini menjadi simbol akulturasi kebudayaan Jawa, Arab dan China.

 

“Karena tiga komunitas ini merupakan unsur etnis yang tinggal di pusat pemerintahan Kabupaten Semarang saat itu, yang hidup berdampingan secara harmonis dan akur,” ungkap Tugino (63), warga Kauman, Semarang.

 

Warak Ngendhok berbentuk kepala seperti naga smbol budaya China, dengan tubuh antara bouraq (binatang dalam Al Quran) dan kambing, yang menjadi symbol budaya arab dan Jawa.

 

Saat ini, eksistensi Warak Ngendhok banyak dijual dalam bentuk mainan untuk anak-anak yang terbuat dari kertas dengan sebuah telur dipasangkan di bawahnya. Warak juga diambil dari kata bahasa arab ‘wara’ yang berarti pengendalian diri. Sedangkan Ndok (red; dalam bahasa Jawa berarti telur) mempunyai makna sebagai benih.

 

“Semua ini bermakna, selama bulan Ramadhan manusia diingatkan agar tidak berperilaku seperti binatang dan lebih menanamkan benih kebaikan dan amal shaleh,” tambahnya.

Terpopuler