REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Bank Indonesia (BI) mengantisipasi peningkatan peredaran uang palsu saat bulan Ramadhan dengan melakukan sosialisasi keaslian rupiah. "Kami akan mengintensifkan sosialisasi keaslian uang rupiah agar masyarakat lebih paham dan mampu membedakan mana yang asli dan palsu," kata Kepala BI Perwakilan Sulut Luctor Tapiheru, di Manado, Sabtu kemarin.
Sosialisasi keaslian uang rupiah dilakukan BI di sejumlah pasar tradisional, pusat belanja dan juga dibantu perbankan yang beraktifitas di Sulut. Apalagi akan ada kegiatan keagamaan yakni Ramadhan sehingga akan ada peningkatan transaksi.
Ciri-ciri keaslian uang rupiah itu masih menekankan pengenalan 3D yakni dilihat, diraba, dan diterawang karena cara itu masih dianggap efektif.
Tujuan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah dan cara memperlakukan uang dengan baik. "Untuk menjelaskan kebijakan Bank Indonesia dalam bidang pengedaran uang, menyebarluaskan ciri-ciri keaslian uang rupiah dan sebagai salah satu upaya menangkal peredaran rupiah palsu," jelasnya.
Temuan uang palsu di provinsi tersebut mengalami peningkatan di triwulan pertama 2014. "Triwulan pertama tahun 2014 uang palsu yang ditemukan sebanyak 149 lembar yakni naik 116 persen dari posisi yang sama tahun lalu hanya 69 lembar," katanya.
"Dengan nominal tercatat sebesar 14,45 juta di triwulan pertama 2014 dan tahun sebelumnya hanya 4,81 juta.
Peningkatan peredaran uang palsu pada periode ini diperkirakan didorong oleh pelaksanaan pemilu legislatif yang dilakukan pada awal triwulan II tahun 2014.
Secara historis, katanya, pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan selama dua tahun terakhir adalah uang kertas pecahan Rp100.000 dan Rp50.000 atau sekitar 90 persen dari seluruh pecahan uang palsu yang ditemukan.