REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan musim kemarau akan terjadi pada Bulan Suci Ramadhan. Meski begitu, beberapa wilayah masih berpotensi hujan.
Kemungkinan awal musim terjadi secara tak merata di beberapa daerah. Khusus di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), jarak terjadinya awal musim tak akan terlalu jauh. "Memasuki Ramadhan Jabodetabek mengalami musim kemarau, kecuali Bogor bagian Puncak, yang cuacanya selalu berbeda," ungkap Hary Tirto Djatmiko, Kepala Sub Bidang Informasi Metereologi BMKG, kepada Republika, Kamis (19/6).
Kendati musim kemarau pada Ramadhan yang akan berangsung mulai akhir Jni hingga akhir Juli nanti, lanjut Hary, namun cuaca masih fluktuasi. Hal ini berarti, hujan kemungkinan akan turun, terutama saat sore dan malam. Hujan pun tak merata di berbagai wilayah, hanya terjadi di kota-kota tertentu.
Jakarta Selatan, Tangerang Selatan, Bogor Selatan, Depok Selatan, dan Bekasi Selatan, diperkirakan akan menjadi lokasi paling berpotensi hujan selama Ramadhan. Hal itu karena dipengaruhi oleh sumber pembentukan awannya, suhu permukaan lautnya, dan kelembapan udaranya yang cukup tinggi.
Diprediksi curah hujan akan sedang, besar, bahkan disertai petir dan angin. Hary menuturkan, masyarakat tak perlu mengkhawatirkan hujan yang turun. "Justru yang perlu dikhawatirkan adalah suhu udara dan cuaca yang terik saat kemarau," katanya.
Suhu udara saat Ramadhan nantinya berkisar 32-34 derajat Celcius, dengan kelembapan berbeda di setiap daerah. Jika kelembapan udara rendah, maka tak akan hujan. Sebaliknya bila kelembapan udara tinggi, hujan pun bisa turun.
Diharapkan masyarakat yang tinggal di Jabodetabek, khususnya bagian Selatan, dapat menjaga stamina saat berpuasa. "Cuaca akan mempengaruhi kondisi tubuh seseorang," ungkap Hary. Dia menambahkan, kemungkinan musim kemarau akan berlangsung hingga September.