Beda Perspektif, Sebuah Ijtihad (2)

Red: Chairul Akhmad

Rabu 18 Jun 2014 18:26 WIB

Proses rukyatul hilal atau melihat bulan untuk menetapkan awal Ramadhan di kawasan Bukit Lampu Padang, Sumatra Barat. Foto: Antara/Iggoy el Fitra/ca Proses rukyatul hilal atau melihat bulan untuk menetapkan awal Ramadhan di kawasan Bukit Lampu Padang, Sumatra Barat.

Oleh: Damanhuri Zuhri

Menurut Amin Suma, dalam konteks isbat yang dilakukan saat ini, tidak tepat penggunaan kaidah al-ijtihad laa yunqodhu bil ijtihad (ijtihad tidak boleh dibatalkan oleh ijtihad lain).

Ini karena masih terdapat perbedaan pendapat. Sebab, tujuan isbat ialah mempersatukan kalau mungkin menyatukan.

Solusinya, kata ketua umum Majelis Pengurus Nasional Himpunan Ilmuwan Sarjana Syariah Indonesia (MPN-HISSI) itu, kalau memang tidak mungkin dipertemukan menjadi satu, konsisten diberikan hak masing-masing.

“Masyarakat kita sudah dewasa. Sekali-kali mengalami perbedaan itu ketika adanya isbat juga tidak menyelesaikan masalah,” katanya.

Kalau konsekuensi begitu, jelas Amin, maka harus ada ketulusan. Memang risikonya berat, masjid, misalnya, harus dibuka untuk melayani masyarakat yang berbeda.

Misalnya, kalau konsekuensinya tidak terjadi sama shalat Id-nya, masjid itu dibuka untuk shalat Id dua kali. “Begitu pula lapangan. Walaupun ini tidak mudah itu.”

Prof Dr Susiknan Azhari, guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, mengungkapkan, penetapan awal bulan sebagai bagian dari ijtihad. Ini hal biasa. Kalau dilihat dalam lembaran sejarah, sejak dulu di kalangan Islam ada beberapa pendapat.

“Begitu pula dalam penetapan awal bulan Hijriah termasuk bagian dari ijtihad yang memungkinkan timbulnya perbedaan,” katanya.

Bila merujuk pada hadis Nabi SAW, sambung pakar ilmu falak dari UIN Yogya ini, seseorang yang berijtihad jika benar mendapat dua pahala dan bila salah mendapat satu pahala.

“Artinya, kita harus menghargai hasil ijtihad seseorang yang dilakukan secara sungguh-sungguh. Saya yakin mereka tidak asal-asalan,” katanya. “Dalam ijtihad, tidak ada yang salah. Insya Allah semua benar dan akan mendapat pahala. Hanya di mata manusia mungkin perbedaan itu dianggap aneh.”