Oleh: Hiru Muhammad

Pasien masih membutuhkan pengetahuan yang benar tentang diabetes agar mampu mengatasi penyakitnya sendiri.

Berpuasa pada bulan suci Ramadhan merupakan kewajiban bagi seluruh kaum Muslim. Namun, ada beberapa pengecualian bagi mereka yang sakit, termasuk penderita diabetes, untuk tidak berpuasa.

Tidak sedikit penderita diabetes yang memutuskan untuk tetap berpuasa dengan berbagai macam alasan. Untuk itu, mereka perlu memerhatikan kondisi diabetes yang dideritanya dan pengobatan yang dijalaninya.

Menurut data statistik International Diabetes Federation (IDF) atlas Update 2012, terdapat lebih dari 317 juta orang menyandang diabetes di seluruh dunia.

Setengah dari penyandang diabetes tidak terdiagnosis dengan baik. Bahkan, 4,8 juta di antaranya meninggal karena diabetes. Penyakit jantung menjadi penyebab utama kematian pada diabetes, yang mencapai 50 persen.

Menurut Sekjen Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), dr Em Yunir SpPD, KEMD, sampai saat ini belum ada panduan untuk hal tersebut. Maka, cara pengobatan diubah sendiri atau berdasarkan petunjuk dokter.

Hal itu dapat mengakibatkan komplikasi, seperti hipoglikemia (gula darah terlalu rendah) atau hiperglikemia (gula darah terlalu tinggi), dehidrasi, ketoasidosis (komplikasi akut diabetes melitus), trombosis, atau sumbatan pada pembuluh darah,  

Para penderita diabetes harus melakukan manajemen diabetes secara mandiri. Bahkan, pemeriksaan darah bisa dilakukan beberapa kali dalam sehari, khususnya penderita yang memperoleh insulin serta mengetahui risiko yang akan terjadi dan cara mengantisipasinya.

Waktu pemeriksaan gula darah bisa dilakukan sebelum buka puasa dan dua jam setelah berbuka puasa. Atau sebelum tidur, sebelum sahur, tengah hari, dan sesuai kebutuhan. Untuk itu, diperlukan sikap disiplin dari penderita agar penyakit yang dideritanya tidak berkembang saat berpuasa.