Siasat Pengrajin Tempe dan Tahu Jaga Berkah Ramadhan

Rep: c85/ Red: Agung Sasongko

Selasa 17 Jun 2014 20:36 WIB

Pengrajin Tempe Foto: Antara Pengrajin Tempe

REPUBLIKA.CO.ID, SEMANAN -- Ramadhan adalah berkah. Para perajin tempe dan tahu di sentra industri tempe Semanan, Jakarta Barat mencoba mengamini keampuhan kalimat tersebut.

Betapa tidak, menyongsong Ramadhan, artinya mereka bersiap untuk sepi permintaan, turun omset, dan pada akhirnya anjloknya keuntungan. Kenyataan ini sudah mereka alami bertahun-tahun sebelumnya.

"Jangan dikira Ramadhan dan Lebaran adalah momentum kenaikan omset. Justru untuk kami berlaku sebaliknya. Tempe dan tahu menjadi komoditas makanan yang sepi peminat. Puasa biasanya orang mencari makanan yang lebih wah. Contohnya pas buka puasa, orang-orang cenderung memilih daging atau ayam ketimbang tempe dan tahu," jelas Suharto selaku Ketua Koperasi Perajin Tempe Tahu Jakarta Barat saat ditemui (16/6).

Beralihnya minat konsumen ke daging dan ayam menjadi alasan utama anjloknya permintaan terhadap tempe dan tahu. "Kami sedang bersiap. Kita lihat lah nanti bagaimana pasar. Pengalaman sebelumnya sih demikian," tambah Suharto.

Dirinya mengungkapkan bahwa penurunan omset bisa mencapai Rp. 100 ribu. "Kalau biasanya dalam sehari perajin tempe rata-rata meraup omset Rp 600 ribu, momen puasa dan menjelang Lebaran, perajin mengalami penurunan menjadi Rp 400 ribu - Rp 500 ribu," ujar Suharto.

Dalam sehari seorang perajin tempe dan tahu rata-rata memproduksi 50 kuintal kacang kedelai. Namun ketika permintaan menurun seperti saat Ramadhan dan menjelang Lebaran, mereka hanya mampu mengolah 30 - 40 kuintal kacang kedelai. Untuk menyiasati penurunan omset, para perajin tempe mengurangi ukuran produk.

"Kalau menaikkan harga kan tidak mungkin. Jadi paling yang ukurannya dikurangi," jelas Suharto.

Terpopuler