Puasa Merelaksasi Lambung (1)

Red: Chairul Akhmad

Selasa 17 Jun 2014 18:46 WIB

Penderita gangguan lambung atau dispepsia. Foto: Revistaligera.com Penderita gangguan lambung atau dispepsia.

Oleh: Indah Wulandari      

Agar lambung aman dan nyaman selama berpuasa, penderita sakit maag jangan mengonsumsi makanan yang mengandung banyak gas.

Selama berpuasa, aktivitas saluran pencernaan, terutama lambung, mengalami perubahan. Ibadah wajib pada Ramadhan ini justru bisa menjadi semacam terapi relaksasi bagi lambung yang sebelumnya terus bekerja nyaris tanpa henti.

 

Kepala Bagian Penyakit Dalam dan Konsultan Penyakit Hati dan Saluran Cerna, Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek dr Ali Imron menyebutkan, semua orang pernah mengalami dispepsia, baik laki-laki maupun perempuan.

Satu di antara empat orang pasti mengalami hal ini. Dispepsia juga merupakan suatu sindroma yang mencerminkan gangguan saluran cerna.

Gejalanya, seperti mual, muntah, nyeri ulu hati, lambung merasa penuh atau sebah (bloating), kembung, sendawa, cepat kenyang, perut keroncongan, hingga selalu buang angin. Gejala itu bisa akut, berulang, dan bisa juga menjadi kronis. Disebut kronis jika gejala itu berlangsung lebih dari satu bulan terus-menerus.

Beberapa kebiasaan yang bisa menyebabkan dispepsia adalah menelan terlalu banyak udara. Misalnya, mereka yang mempunyai kebiasaan mengunyah secara salah. Atau, mereka yang senang menelan makanan tanpa dikunyah. Keadaan itu bisa membuat lambung merasa penuh atau bersendawa terus.

Kebiasaan lain yang bisa menyebabkan dispepsia adalah merokok, konsumsi kafein (kopi), alkohol, minuman yang sudah dikarbonasi (softdrink), atau makanan yang menghasilkan gas, seperti tape, nangka, durian.

“Pola makan kita teratur saat puasa sehingga lambung tidak banyak bekerja dan lebih rileks karena makannya menjadi teratur saat sahur dan berbuka. Selain itu, faktor stresnya terkendali sehingga menjadi lebih tenang,” ujar dr Ali.