Muhammadiyah Umumkan Awal Ramadhan pada 28 Juni

Rep: c67/ Red: M Akbar

Senin 16 Jun 2014 17:10 WIB

Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin memberikan sambutan pada Tanwir Muhammadiyah di Mesra Ballroom, Samarinda, Kalimantan Timur, Jumat (23/5). Foto: Republika/ Tahta Aidilla Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin memberikan sambutan pada Tanwir Muhammadiyah di Mesra Ballroom, Samarinda, Kalimantan Timur, Jumat (23/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah secara resmi menetapkan awal ramadhan 1435 Hijriah pada hari Sabtu, (28/6). Ketetapan tersebut berdasarkan hasil Hisab Wujudul Hilal yang dilakukan oleh Majlis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Ketua PP Muhammadiyah yang membidangi Majlis Tarjih dan Tajdid, Yunahar Ilyas, menyampaikan hal tersebut pada jumpa wartawan yang digelar, Senin (16/6), di gedung PP Muhammadiya, Menteng, Jakarta. ''Metode yang digunakan oleh PP Muhammadiyah untuk awal masa Ramadahan ini dengan menggunakan tiga kriteria,'' kata Yunahar.

Metode pertama, kata Ilyas, telah terjadi ijtimak. Kemudian yang kedua, kata dia lagi, ijtimak tersebut terjadi sebelum magrib. Selanjutnya, yang ketiga, tutur Ilyas, pada saat matahi terbenam bulan berada di atas ufuk berapapun derajatnya. Oleh karena itu, ijtimak terjadi pada hari Jumat (27/6) pukul 15.10.21 detik WIB.

Lebih lanjut, Ilyas mengatakan, dengan terjadinya ijtimak pada waktu tersebut maka telah memenuhi dua kriteria yaitu ijtimak dan ijtima tersebut Qoblal Ghurub (sebelum magrib).

''Pada saat matahari terbenam di Yogyakarta, Bilal berada di atas ufuk nol derajat 31 menit 17 detik,'' jelasnya pria yang juga menjabat sebagai salah satu pimpinan pusat Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.

Ilyas menjelaskan metode yang digunakan oleh PP Muhammadiyah bahwa bulan sudah wujud. Atas dasar tersebut, lanjutnya, Muhammadiyah menetapkan awal ramadhan jatuh pada hari Sabut (28/6).

Ilyas mengakui kemungkinan penetapan awal ramadhan oleh PP Muhammadiyah berbeda dengan yang ditetapkan oleh Kementerian Agama (Kemenag). Kendati demikian, ia tetap menghimbau kepada warga Muhammadiyah agar tetap menjaga toleransi.

Dalam menentukan metode penetapan awal Ramadhan ini, Ilyas mengatakan, Muhammadiyah mengunakan pendekatan keagamaan murni. Muhammadiya, kata dia, tidak menggunakan politik keagamaan. ''Jika menggunakan politik keagamaan, penetapan awal Ramadhan ini bisa dikompromikan atas dasar persatuan.''

Terpopuler