Abbad bin Bisyr, Si Pemberani Ahli Ibadah (1)

Red: Chairul Akhmad

Senin 16 Jun 2014 06:09 WIB

Selain pemberani, Abbad juga dikenal sebagai sahabat yang merdu bacaan Alqurannya. Foto: Blogspot.com Selain pemberani, Abbad juga dikenal sebagai sahabat yang merdu bacaan Alqurannya.

REPUBLIKA.CO.ID, Abbad bin Bisyr adalah seorang sahabat yang tidak asing dalam sejarah dakwah Islam. Ia tidak hanya termasuk di antara para abid (ahli ibadah), tapi juga tergolong kalangan para pahlawan yang gagah berani dalam menegakkan kalimah Allah.

Tidak hanya itu, ia juga seorang penguasa yang cakap, berbobot dan dipercaya dalam urusan harta kekayaan kaum Muslimin.

Ketika Islam mulai tersiar di Madinah, Abbad bin Bisyr al-Asyhali masih muda. Dalam kegiatan sehari-hari dia memperlihatkan tingkah laku yang baik, bersikap seperti orang-orang yang sudah dewasa, kendati usianya belum mencapai dua puluh lima tahun.

Dia mendekatkan diri kepada seorang dai dari Makkah, yaitu Mush’ab bin Umair. Dalam tempo singkat, hati keduanya terikat dalam ikatan iman yang kokoh.

Abbad mulai belajar membaca Alquran kepada Mush’ab. Suaranya merdu, menyejukkan dan menawan hati. Oleh karena itu, ia terkenal di kalangan para sahabat sebagai imam dan pembaca Alquran.

Pada suatu malam ketika Rasulullah SAW sedang melaksanakan shalat tahajud di rumah Aisyah yang berdempetan dengan masjid. Terdengar oleh Beliau suara Abbad bin Bisyr membaca Alquran dengan suara yang merdu.

“Ya Aisyah, suara Abbad bin Bisyr-kah itu?” tanya Rasulullah.

“Betul, ya Rasulullah!” jawab Aisyah.

Rasulullah berdoa, “Ya Allah, ampunilah dia!”

Abbad bin Bisyr turut berperang bersama Rasulullah SAW dalam tiap peperangan yang Beliau pimpin. Dalam peperangan-peperangan itu dia bertugas sebagai pembawa Alquran.

Ketika Rasulullah kembali dari Perang Dzatur Riqa’, Beliau beristirahat dengan seluruh pasukan Muslim di lereng sebuah bukit. Setibanya di tempat perhentian di atas bukit Rasulullah bertanya, “Siapa yang bertugas jaga malam ini?”

Abbad bin Bisyr dan Ammar bin Yasir berdiri, “Kami, ya Rasulullah!” kata keduanya serentak. Rasulullah telah menjadikan keduanya bersaudara ketika kaum Muhajirin baru tiba di Madinah.

Ketika keduanya keluar ke pos penjagaan, Abbad bertanya kepada Ammar, “Siapa di antara kita yang berjaga terlebih dahulu?”

“Aku yang tidur lebih dahulu,” jawab Ammar yang bersiap-siap untuk berbaring tidak jauh dari tempat penjagaan. (bersambung)

Terpopuler