Nasi Bakar Sumsum Sapi ala Balada Si Roy

Rep: Mg14/ Red: A.Syalaby Ichsan

Ahad 11 Aug 2013 13:24 WIB

Nasi bakar sumsum sapi Foto: Republika/Mg14 Nasi bakar sumsum sapi

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Balada Si Roy adalah sebuah novel yang ditulis oleh Gola Gong. Pria yang memiliki nama lengkap Heri Hendrayana Harris ini pernah menceritakan Nasi Bakar Sumsum di dalam novelnya itu.

Novel yang tersebar luas di seluruh penujur Indonesia membuat makanan khas Serang ini menjadi terkenal. Banyak orang dari luar kota berdatangan ke Serang hanya untuk mencicipi nasi yang didalamnya ada sumsum sapi ini. Penikmat nasi ini berasal dari Jakarta, Bandung, Bogor hingga Makassar. 

Arya, warga Jatiwarna, Jakarta Timur ini sedang mudik ke rumah keluarganya di Pandeglang. Setiap mudik, ia bersama keluarga menyempatkan makan nasi bakar sumsum. "Lagi mudik, kalau ke Serang wajib makan nasi bakar sumsum" ungkap Arya kepada RoL saat sedang menikmati panganan khas itu, Jumat (9/8). 

Ia mendampingi makannya dengan Sate Lidah Sapi. Hari itu, Arya membawa 3 anak beserta istrinya  dan menghabiskan 5 porsi nasi bakar sumsum dan 3 porsi sate lidah. Tetapi, anak laki-laki Arya Muhammad Aqin tidak suka makanan ini karena terlalu pedas katanya. 

"Enggak suka karena pedas. Pernah makan nasi bakar tapi bukan sumsum,  rasanya asin. Kalau ini pedas" ungkap Aqin sambil menikmati sate lidah. 

Arya mengetahui adanya nasi bakar sumsum dari program televisi. Menurut Arya, rasa nasi bakar sumsum tidak terlalu pedas, bumbunya sangat terasa dan enak. 

Begitu juga dengan Oke, warga Klender, Jakarta Timur ini membawa keluarga besarnya dari Pandeglang, Banten. Oke memesan 13 porsi dan 4 porsi sate lidah. "Rasanya kaya nasi gulai, bedanya nasi gulai pake santan tapi ini enggak" ungkapnya. 

Bagi Oke, makan nasi ini harus langsung di tempat. Jika dibawa pulang sudah tidak enak. Ia lebih suka makannya tidak menggunakan sambel. "Gak terlalu pedas, kalau pakai sambel gak enak. Lebih enak polos" ungkapnya. 

Oke membawa keluarganya yang dari Bandung yaitu Ali. Ali baru pertama kali merasakan nasi khas Serang ini. "Rasanya enak, tapi ngantrinya yang gak enak. Ngantrinya lama banget, yang tadinya laper jadi gak laper lagi" ungkap Ali.  

Banyak penjual Nasi Bakar Sumsum di sektar Kota Serang.  Tetapi orang-orang termasuk Ahli Kuliner Bondan Winarno lebih menyukai Nasi Bakar Sumsum Puri. Meri dan Aip Aris adalah pemilik rumah makan ini.

Dari pertama berdiri hingga sekarang, pasangan suami istri ini berjualan di daerah Pasar Lama depan Rumah Makan Saiki. 

Nasi bakar ini dinamakan Puri karena pemilik awalnya memang bernama Mang Puri. Konon, Nasi Bakar Sumsum Puri adalah resep warisan keluarga sejak 1941. 

Meri, sang pembuat Nasi Bakar Sumsum mengungkapkan, ia bisa menghabiskan 500 bungkus per hari saat libur lebaran. Sedangkan di hari biasa ia hanya bisa menghabiskan 100 sampai 200 bungkus perharinya.

"Kalau Lebaran kan memang THR buat penjual seperti kita ini. Hari biasa mah kadang-kadang gak abis, sepi banget. Kalau lagi libutan gini, Jam 9 juga udah habis" ungkap Meri yang tampak kelelahan sehabis melayani ramainya konsumen. 

Meri biasa membuka kedai tendanya dari Pukul 16.00 WIB hingga Pukul 11.00 WIB. Ia menyediakan nasi bakar yang berisi sumsum kerbau dan sapi, ditambah dengan nasi bakar spesial. Selain ada sumsum didalamnya, sosis sapi dan keju menjadi sajian yang berbeda di nasi bakar spesial.

Sebagai pendamping, Aris sang suami menyediakan berbagai sate yaitu, sate kerbau, sapi, lidah, dan keong. 

Harga satu porsi nasi bakar sumsum sapi  adalah Rp 12.000. Satu porsi berisi berdua. Jika anda makannya ingin didampingi dengan sate lidah maka anda harus mengeluarkan tambahan uang sebesar Rp 18.000. "Kalau yang dari Jakarta lebih suka Nasi Bakar Sumsum Sapi" ungkap Meri. 

Meri menuturkan sumsum sapi lebih banyak disukai. Penyebabnya, saat dibakar sumsum sapi akan mengecil dan mengeluarkan minyak. Minyak ini yang akan menambah rasa gurih diantara rasa pedasnya. Sedangkan, sumsum sapi akan utuh dan tidak mengeluarkan minyak. Oleh karena itu, orang-orang tidak terlalu menyukainya. 

"Kalau sumsum asli dimakannya langsung lumer di mulut, tapi kalau yang lemak sapi waktu dimakan itu meninggalkan minyak di langit-langit mulut dan buat enek" ungkap Meri. 

 

Terpopuler