REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama sepanjang Rabu menggelar sidang itsbat penetapan 1 Syawal 1434 H atau Idul Fitri 1434 H/ 2013. Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan, sidang itsbat akan dimulai pada pukul 13.30 dengan agenda sidang pra-itsbat, bukan 17.00 seperti biasanya.
Alasannya, kata dia, sidang itsbat menarik perhatian masyarakat luas yang selalu mempertanyakan mengapa awal Ramadan dan 1 syawal selalu berbeda. Selain itu, masyarakat selama ini beranggapan, 1 syawal sebenarnya sudah bisa ditetapkan bahkan sampai 100 tahun mendatang.
"Ada pertanyaan, apakah ilmu hisab itu sejalan dengan astronomi? Apakah rukyat itu sejalan dengan ilmu astronomi? Apakah pemerintah itu merupakan ulil amri?" ungkapnya.
Dengan panjangnya waktu sidang itsbat, diharapkan akan mampu mempertemukan pandangan yang selama ini berselisih. Pemerintah juga akan meminta pandangan dari tokoh negara sahabat dalam menetapkan awal Ramadan dan 1 syawal.
Sidang itsbat penetapan 1 Syawal nanti, kata Menag, juga akan menghadirkan kelompok yang selama ini kerap berbeda pandangan. Seperti Muhammadiyah, Satariyah di Medan, Naqsyabandiyah, An Nasir dari Sulawesi Selatan. Namun Muhammadiyah sudah menyatakan tidak bersedia menghadiri sidang tersebut.
Dalam sidang, lanjutnya, pemerintah mengundang kelompok ahli untuk menjelaskan kriteria yang menjadi dasar perhitungan tinggi hilal (bulan). "Syukur-syukur tahun depan kita akan menyatukan kriteria itu menjadi satu saja. Selama kriterianya masih berbeda-beda maka potensi perbedaan dalam menetapkan awal bulan itu masih terbuka lebar," kata Suryadharma.
Dalam beberapa tahun terakhir, bukan hanya waktu 1 Syawal yang menjadi perbedaan di tengah masyarakat. Penentuan 1 Ramadhan tahun ini pun terjadi perbedaan antara ketetapan sidang itsbat dengan yang dilakukan oleh ormas Islam seperti Muhammadiyah. Perbedaan ini terkait dengan metode yang digunakan. Sidang itsbat menggunakan penetapan metode imkanur rukyat, sementara Muhammadiyah menggunakan metode hisab murni.
Namun untuk 1 Syawal 1434 H ini sejumlah pihak memperkirakan akan ada kesamaan waktu, yakni pada Kamis (8/8) sebagaimana sudah ditetapkan oleh Muhamadiyah dan Syarikat Islam Indonesia (SII). Alasannya, karena hilal sudah berada pada posisi di atas dua derajat. Sehingga saat dilakukan rukyat sore nanti ada peluang akan terlihat.