Dengan Sepeda, Pemudik Ini Tempuh Jarak Ribuan Kilometer

Red: A.Syalaby Ichsan

Rabu 07 Aug 2013 15:58 WIB

Bersepeda fixie (ilustrasi) Foto: zonasepeda.com Bersepeda fixie (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Kemacetan yang mengular di jalur Pantura, kesulitan mendapatkan karcis kereta api, kapasitas kapal laut yang terbatas, harga tiket pesawat melambung serta keterbatasan keuangan membuat para pemudik mencari cara murah dan unik untuk tetap berlebaran di kampung halaman. 

Beberapa pemudik nekat memilih sepeda untuk pulang ke kampung halaman. Simak upaya yang dilakukan Galih, warga DKI Jakarta yang ingin berlebaran di Kebumen, Jawa Tengah.

Dia memilih cara yang tidak biasa, mengayuh sepeda ontel dengan menempuh jarak ratusan kilometer, untuk berlebaran bersama keluarga di kampung halamannya.

Galih beralasan, dengan naik sepeda dia tidak usah susah payah mengantre untuk mendapatkan karcis kereta api atau bus. Selain hemat, bersepeda itu sehat dan dapat menikmati pemandangan selama perjalanan.

Mudik bersepeda baru dilakoninya tahun ini. Meski tampak letih, Galih mengaku menikmati perjalanan yang diperkirakan berakhir hingga tiga hari ini. Setiap dua jam, dia berhenti sejenak untuk beristirahat.

"Untuk mengendurkan otot kaki, pinggang, serta tangan. Mudik dengan sepeda pengalaman baru buat saya," kata Galih.

Waktu istirahat itu juga digunakannya untuk mengecek ban serta bagian sepeda lainnya. Hebatnya lagi, perjalanan dari Jakarta menuju Kebumen dilakukannya seorang diri. Mudik dengan bersepeda dinilai dapat mengurangi angka kecelakaan yang terus meningkat di jalanan.

Jarak lebih jauh juga pernah ditempuh seorang mahasiswa asal Jambi. Pemuda yang kuliah di Universitas Padjadjaran, Aji Eka Sapta, harus mengayuh sepeda Fixie untuk menempuh perjalanan dari Kampus Jatinangor selama delapan hari untuk sampai ke kampung halamannya, di Jambi.

Tidak kurang, dia menempuh jarak 1.200 kilometer untuk tiba di Jambi. Waktu kedatangannya memang lebih cepat sehari dari target yang direncanakan sebelumnya.

Perjalanan sangat jauh dan melelahkan ini agaknya tidak terlalu menjadi masalah bagi Aji, karena mudik merupakan suatu kesempatan untuk bersilahturami, sungkem, mohon ampun kepada orang tua. Kekuatan maaf itu dapat memepererat tali kasih sayang dan romantisme dalam keluarga.

Terpopuler