Sehari Jelang Lebaran, Beginilah Suasana Kota Surabaya

Red: Heri Ruslan

Rabu 07 Aug 2013 12:06 WIB

Lambang Surabaya, ilustrasi Lambang Surabaya, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sehari jelang Lebaran Idul Fitri 1434 Hijriah, Rabu, Ibu Kota Jawa Timur, Kota Surabaya terpantau lengang, khususnya arus lalu lintas di berbagai jalan protokol yang sepi sehingga kendaraan bermotor bisa dipacu dengan kecepatan 80 hingga 100 km per jam.

"Enak sekali, biasanya di mana-mana macet, sekarang sepi, motor saja tadi saya bisa pacu sampai 100 km per jam di jalan utama (protokol) tengah kota mulai Jalan A.Yani, Raya Darmo hingga Tunjungan, Pahlawan dan sampai Perak (Tanjung Perak)," ucap Aryobimo, Rabu, warga bertempat tinggal sekitar Bandara Juanda yang saat itu bersepeda motor menuju rumah neneknya di kawasan Tanjung Perak.

Menurut dia, pada hari biasa dari sekitar Juanda hingga tengah Kota Surabaya (sekitar 20 km) ditempuh dalam waktu minimal satu jam, kalau macet parah bisa sampai dua jam. Namun, kali ini ia bisa menempuhnya hanya dalam 20 menit.
Kota Pahlawan yang di tinggal warganya mudik ke berbagai daerah di Tanah Air, hanya tampak keramaian sekitar pasar dan pusat perbelanjaan hingga makam yang dipadati pengunjung warga asli Surabaya yang tidak mudik atau tidak "memiliki desa".

Pemakaman umum dipadati warga yang "nyekar" berdoa dan tabur bunga ke makam orangtua atau kerabat yang merupakan tradisi masyarakat jelang Hari Raya Idul Fitri. Sementara warga yang masih memadati pasar tradisional maupun pusat perbelanjaan untuk berbelanja kebutuhan Lebaran, khususnya ketupat.

Akibatnya, bunga tabur makam harganya ikut melonjak hingga 100 persen, beragam bunga mawar, melati, kenangan dan daun pandan yang dicincang hari biasa harganya Rp5.000 menjadi Rp10.000 yang dikemas kantong kresek ukuran kecil.

"Biasanya cukup dengan 5.000 rupiah saya bisa membawa bunga setaman cukup lengkap untuk tabur bunga di makam ayah, sekarang minimal 10.000 ribu. Biasa, Lebaran apa-apa naik," kata Aryobimo yang siang itu "nyekar" ke makam ayahnya di Taman Makam Pahlawan di Jalan Mayjen Sungkono, Surabaya.

Sementara itu, kawasan jembatan yang melintasi Selat Madura yaitu Suramadu yang pagi hari mencapai puncaknya (51 ribu kendaraan melintas), siang harinya tampak lengang.

"Biasanya sore hari hingga malam membeludak lagi," ujar Kepala Gerbang Tol Suramadu, Suharyono ditemui di pintu gerbang tol.

Warga Surabaya sekitarnya yang mudik ke Madura memanfaatkan jembatan terpanjang di Asia Tenggara (5,7 km) itu, kini tidak perlu tergesa-gesa. Mereka yang kampung halamanya sekitar Kabupaten Sampang dan Bangkalan bisa melakukan perjalanan sehari atau beberapa jam sebelum Lebaran.

Terpopuler