REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyebar personelnya ke 90 titik strategis untuk memantau hilal dan rukyat. Ke 90 titik tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Ketua Lajnah Falakiyah PBNU KH Ghozalie Masroeri mengatakan di Pulau Jawa saja terdapat 35 titik. Di satu kabupaten ada empat titik, namun yang diperhitungkan hanya satu titik. Di Kalimantan Selatan ada satu titik dan di Lampung terdapat lima titik.
"Secara umum, tempat strategis yang dimaksud adalah lahan di mana personel yang memantau bisa melihat ufuk dari berbagai arah mata angin," ujarnya kepada Republika, Selasa (6/8).
Tempat strategis itu antara lain di bukit, menara dan pantai. Khusus di DKI Jakarta ada dua lokasi pemantauan, yaitu di Lantai 32 Season City dan Pesmol, Jakarta Barat.
Sedangkan, jumlah alat pemantauan yang digunakan disesuaikan dengan titik pemantauan. Kyai Ghozalie menambahkan, teknologi alat yang digunakan sudah canggih. Termasuk satu observatorium keliling yang akan digunakan secara menetap di Jakarta besok.
Observatorium ini baru dimiliki PBNU sejak 2010. Alat ini juga bisa memantau kondisi benda langit yang lain, seperti planet, meteor dan sebagainya. Data hasil pengamatan bisa langsung muncul di layar dan dapat segera dikirim ke kantor pusat.
Untuk mengamati hilal dan rukyat, Kyai Ghozalie tidak dapat memastikan jumlah personel yang turun ke lapangan. Yang jelas jumlahnya bisa mencapai ribuan orang. "Seperti orang yang mau ke Masjid beramai-ramai saja," katanya.
Hal ini disebabkan NU mempunyai semangat ibadah dalam mengamati hilal dan rukyat. Berbeda dengan personel yang dibayar oleh pemerintah. Ribuan orang tersebut terdiri dari ahli fikih, ahli astronomi, ahli hisab, kaum intelektual, alim ulama dan warga NU.