REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam hendaknya bisa meraih hikmah di balik berlalunya Ramadhan yang ditandai dengan datangnya Hari Raya Idul Fitri 1434 Hijriah. Ketua Umum Persatuan Islam (Persis) Maman Abdurrahman mengatakan, berkah yang dapat dipetik dengan datangnya Lebaran adalah kesucian diri.
Setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh, kata dia, kaum Muslim bisa meraih jati diri yang asli dengan kembali ke fitrah. Syaratnya dengan ditutup amalan zakat fitrah. Jika segala amalan itu dilakukan disertai rasa keikhlasan diri, ia yakin semuanya bisa mendapat ampunan dari Allah Swt.
"Setelah dosa kita dibakar selama Ramadhan karena menjalankan ibadah shaum, kita bisa betu-betul menjadi pribadi suci ketika menutup amalan dengan zakat fitrah," kata Maman, Selasa (6/8).
Pada dasarnya, ujar dia, setiap manusia yang lahir ke dunia dalam keadaan suci, seperti kertas putih. Tiada bayi yang menanggung dosa lantaran diciptakan dalam kondisi fitrah. Dalam perjalanannya manusia sering melakukan kesalahan dan tidak luput dari dosa. Momentum untuk menghapus dosa itu, pesan dia, harus tidak boleh disia-siakan setiap orang untuk bisa meraih derajat tinggi di mata Sang Pencipta.
Ia menyitir Surat Ar-rum Ayat 30 tentang manusia yang fitrahnya selalu memohon pertolongan-Nya, yang zat itu akan terus bersemanyam dalam tubuh manusia. "Menahan diri untuk menjaga akhlak agar bisa menjadi manusia suci adalah tujuan kita untuk merayakan Lebaran," katanya.
Maman melanjutkan, makna ajaran Hari Raya Idul Fitri adalah manusia kembali menjadi pribadi awal dalam keadaan orisinil. Maksudnya, zat ada dalam diri manusia tidak tercampur apa pun, kecuali yang diberikan Allah seperti bayi terlahir ke dunia.
Untuk bisa mencapai itu, tentu permintaan ampunan dari segala dosa mutlak dilakukan demi bisa meraih cahaya kemuliaan. Selain itu, tindakan untuk tidak menahan rezeki dengan tujuan berbagi merupakan langkah mulai untuk bisa mendekatkan diri sesuai dengan jalan yang diperintahkan Allah.