REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemacetan yang selalu berulang di Pelabuhan Merak, Banten setiap arus mudik disebabkan manajemen yang kurang matang. Pengamat transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Daniel M Rosyid mengatakan, penumpukan kendaraan yang ingin menyeberang lantaran jumlah volume dan armada kapal tidak seimbang.
Bisa jadi, jumlah armada kapal yang disediakan sudah disesuaikan dengan lonjakan penumpang. Hanya saja, kata dia, masalahnya adalah dermaga di Pelabuhan Merak yang kurang representatif. Meski sudah diperbaiki, ambruknya Dermaga V pada akhir bulan lalu tentu berimbas pada terganggunya operasional kapal saat bersandar.
"Meski jumlah armada sudah ditambah pada puncak mudik, tapi apakah dermaga yang ada sudah siap karena satu dermaga itu ambruk?" kata Daniel, Selasa (6/8).
Kondisi itu jelas berpengaruh terhadap kelancaran penyeberangan melewati Selat Sunda menuju Pelabuhan Bakauheni. Menurut Daniel, penambahan dermaga selama ini kurang mendapat sorotan. Karena fokus yang selalu jadi pembahasan adalah penambahan kapal feri ketika jumlah penumpang meningkat.
Padahal, sambungnya, ketika jumlah armada meningkat, namun jumlah dermaga tidak mencukupi maka kendala yang muncul kapal sulit bersandar.
Hal itu berimbas pada tertundanya pengangkutan penumpang dan kendaraan. Pantas saja antrean kendaraan bisa mengular jauh lantaran volume angkut kapal tidak bertambah. Daniel melanjutkan, pengerukan pasir agar tidak terjadi pendangkalan di sekitar pelabuhan juga sering luput dilakukan.
Kalau dermaga dangkal tentu kapal susah melakukan manuver dan membutuhkan waktu lebih lama untuk bersandar. "Program khusus penambahan kapal selama mudik jadi tidak efektif kalau dermaga juga terbatas," ujarnya.
Ahad (4/7) dini hari WIB ketika puncak arus mudik, kendaran mengular hingga ke dalam jalan tol Tangerang-Merak Km 94. Terjadinya antrean hingga sekitar sembilan kilometer dari Pelabuhan Merak itu lantaran daya angkut kapal penyeberangan tidak seimbang.
Meski sudah dilakukan penambahan armada, namun usia kapal yang mayoritas sudah tua turut membuat gerak penyeberangan menjadi lambat. Alhasil, penumpukan kendaraan selalu berulang setiap tahunnya ketika arus mudik tiba.