Amankah Pasokan Daging untuk Lebaran?

Red: Heri Ruslan

Selasa 06 Aug 2013 05:48 WIB

Pedagang daging sapi lokal. Foto: Republika/Aditya Pradana Putra Pedagang daging sapi lokal.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Triono Subagyo/Antara

Saat ini hampir seluruh umat Islam membutuhkan daging sapi untuk diolah sebagai lauk pada hari Raya Idul Fitri 1434 Hijriah atau Lebaran 2013.

Akibatnya, warga pun "memburu" daging di pasar bahkan sanggup berebut untuk mendapatkan walau harga lebih tinggi dibandingkan hari biasa.

Peristiwa berebutan membeli daging sapi terjadi di Pasar Tradisional Kelurahan Koto Jaya, Kabupaten Mukomuko, Minggu lalu.

Pembelanja yang mayoritas adalah kaum ibu warga Kecamatan Kota Mukomuko berdesakan membeli daging sapi untuk memenuhi kebutuhan menu Lebaran hari pertama.

"Banyak yang butuh daging sapi karena sebentar lagi mau lebaran," kata warga Desa Ujung Padang, Warni.

Meskipun harga daging sapi naik dari Rp95.000 per kilogram menjadi Rp100.000/kg, orang banyak membeli sebab sedang membutuhkannya.

Lisa, salah seorang warga Desa Ujung Padang mengatakan, hanya dapat membeli setengah kilogram daging sapi karena sudah habis.

"Ramai sekali yang membeli daging hari ini. Jadi, saya hanya kebagian setengah kilogram," ujarnya.

Kabid Peternakan Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Mukomuko Alxandi menjamin stok daging sapi cukup menjelang hari raya Idul Fitri 1434 Hijriah.

Pihaknya menyiapkan tiga ton daging sapi jika terjadi kelangkaan di pasar.

Terkait dengan mahalnya harga daging sapi, menurut dia, karena permintaan masyarakat menjelang Lebaran ini besar sehingga pedagang menaikkan harga.

Namun, lanjutnya, kenaikan harga daging sapi itu masih normal hanya berkisar Rp5.000 per kilogram.

Pemerintah Kabupaten Rejanglebong, juga menyiapkan 604 ekor sapi guna memenuhi kebutuhan daging masyarakat setempat pada Lebaran 2013.

"Saat ini, stok daging yang sudah disiapkan sebanyak 604 ekor, terdiri atas 454 ekor sapi didatangkan dari luar daerah dan 150 ekor sisanya berasal dari 15 kecamatan," kata Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Rejanglebong, Amrul Eby.

Stok daging dari 604 ekor atau mencapai 63,3 ton tersebut, kata dia, disiapkan pemerintah kabupaten setempat sejak jauh hari agar saat mendekati Idul Fitri 1434 Hijriah masyarakat daerah itu tidak kesulitan mendapatkan daging.

Ternak sapi yang disiapkan itu, terdiri atas 240 ekor berasal dari Provinsi Lampung, kemudian 62 ekor dari Jawa Tengah dan 152 ekor dari Kota Bengkulu serta sisanya sebanyak 150 ekor berasal dari kelompok peternak yang tersebar dalam 15 kecamatan di daerah itu.

Stok daging yang ada tersebut, diperkirakan akan mencukupi kebutuhan masyarakat Rejanglebong pada Idulfitri mendatang karena berdasarkan pengalaman pada tahun sebelumnya jumlah kebutuhan daging mencapai 520 ekor atau berkisar 55 ton lebih.

Sementara itu, untuk memastikan daging sapi ataupun ternak yang akan dipotong pada Lebaran dalam keadaan sehat dan tidak terinfeksi penyakit, pihaknya akan melakukan pengawasan langsung terhadap sejumlah tempat pemotongan hewan, kemudian pemeriksaan kesehatan hewan oleh petugas Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) maupun inspeksi ke pasar.

Diharapkan dengan adanya pemeriksaan dan pengawasan pemotongan ternak dan penjualan daging nantinya dapat mencegah beredarnya daging tidak sehat atau tidak layak konsumsi di daerah itu.

Sementara Dinas Pertanian dan Peternakan Pemerintah Kota Bengkulu menyiapkan 50 ton daging sapi untuk memenuhi kebutuhan menjelang Idul Fitri 1434 Hijriah.

"Sudah kita siapkan untuk kebutuhan dari pertengahan puasa ini sampai Lebaran nanti, dan kita perkirakan itu sudah cukup sampai Lebaran nanti," kata Kepala Dinas Pertanian Dan Peternakan Pemkot Bengkulu Arif Gunadi.

Kebutuhan daging sapi di Kota Bengkulu menjelang Idul Fitri, kata dia, meningkat sekitar 10 persen daripada kebutuhan hari biasa.

"Dari tahun lalu kita perkirakan ada peningkatan sekitar 10 persen, dan untuk Lebaran diperkirakan meningkat sampai 20 persen," kata dia.

Selain karena menyambut Idul Fitri, katanya, peningkatan kebutuhan daging juga disebabkan Kota Bengkulu mengalami pertumbuhan jumlah penduduk yang signifikan.

Ketersediaan daging sapi hingga Lebaran mendatang, menurut dia, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Bengkulu.

"Masyarakat tidak perlu cemas, 50 ton itu sekitar 400 ekor sapi yang kita potong sampai Lebaran nanti, itu yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) Kita, belum lagi yang dipotong di RPH lain," kata dia.

Kepala Bidang Kesehatan Dinas Pertanian dan Peternakan Pemkot Bengkulu Hauliantua Pohan mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan daging sapi di daerah itu, ternak disediakan dari Provinsi Lampung.

"Biasanya dari Provinsi Lampung, karena untuk memenuhi kebutuhan Lebaran ini, ketersediaan dari peternak lokal tidak mencukupi," kata dia.

Dia mengatakan sapi dari luar daerah yang diperbolehkan masuk kota itu, hanya yang lengkap administrasinya dari Dinas Peternakan daerah asal hewan tersebut.

"Harus lengkap administrasinya, termasuk administrasi kesehatan, ini dimaksudkan untuk mencegah masuknya sapi yang terkena virus maupun sapi yang berpenyakit," ujarnya.

Pemeriksaan Daging

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu menemukan daging sapi yang dijual di pasar tradisional modern dengan kandungan air tinggi.

"Kandungan airnya cukup tinggi, tapi belum bisa disebut daging gelongongan," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakwan) Provinsi Bengkulu Irianto Abdullah.

Ia mengatakan hal itu saat inspeksi mendadak ke pasar tradisional modern, Pasar Minggu, Kota Bengkulu.

Inspeksi mendadak (sidak) bersama Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bengkulu itu untuk memantau keamanan pangan, terutama daging yang dijual pedagang.

"Daging yang cukup tinggi kandungan airnya ini berasal dari Bengkulu Utara," tambahnya.

Selain daging yang kandungan airnya banyak itu, tim memastikan daging yang dijual di salah satu pasar terbesar di Kota Bengkulu itu kualitasnya bagus.

Berdasarkan pemeriksaan cepat, kata dia, masyarakat aman mengonsumsi daging tersebut.

Ia mengatakan pasokan daging di Provinsi Bengkulu berasal dari sejumlah kabupaten antara lain Bengkulu Utara, Mukomuko dan Bengkulu Selatan.

Pemeriksaan keamanan daging yang dijual di pasar tradisional, kata dia, juga digelar dinas terkait kabupaten dan kota.

"Permintaan tinggi membuat potensi kecurangan semakin besar, pengawasan terhadap daging oplosan, glonggongan dan ayam mati kemarin (tiren) yang difokuskan," ucapnya.

Terkait harga yang cukup tinggi di mana daging sapi mencapai Rp100 ribu per kilogram, menurutnya hal itu akibat mekanisme pasar.

"Kalau persediaan ada, tapi karena mekanisme pasar akibat permintaan tinggi, tentu harga juga naik," tambahnya.

Irianto Abdullah menambahkan, pengawasan tersebut untuk mengantisipasi beredarnya daging oplosan, dan daging glonggongan yang merugikan masyarakat.

Ia juga mengimbau agar masyarakat waspada membeli daging, dan mengenali daging yang sehat.

Ciri daging yang sehat pada umumnya masih segar, warnanya tidak terlalu mencolok.

"Bila ada yang mencurigakan, kami akan memeriksa lebih lanjut di laboratorium kesehatan hewan," ujarnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bengkulu Arif Gunadi mengatakan, daging yang beredar di pasar daerah tersebut aman dikonsumsi.

"Dapat kita pastikan, tidak ada pedagang yang menjual daging tak layak konsumsi," kata dia.

Dari hasil pengawasan, kata dia, Distanak Kota Bengkulu sejauh ini belum menemukan kasus penjualan daging sapi gelondongan maupun daging sapi berpengawet.

Menurut dia, petugasnya rutin secara berkala memantau peredaran daging yang ada di Kota Bengkulu untuk memastikan daging yang dijual di pasaran layak untuk dikonsumsi warga.

"Sebelum Ramadhan kita turun untuk melakukan pengecekan, dan tidak ditemukan daging yang tak layak konsumsi, dan tadi (25/7) kita cek ulang untuk mengatisipasi beredarnya daging tak layak konsumsi sebelum lebaran, dan hasil yang kita temukan di lapangan, daging yang dijual pedagang bagus semua," katanya.

Selain memeriksa kualitas daging sapi, menurut dia, Distanak Kota Bengkulu juga memeriksa kualitas daging ayam yang dijual di pasar yang berada di Kota Bengkulu.

"Untuk ayam, juga tidak kita temukan pedagang menjual ayam tiren (Mati Kemarin) serta ayam yang berformalin," kata dia.

Pemeriksaan, kata dia, digelar pada tiga pasar tradisional serta pasar swalayan yang ada di Kota Bengkulu.

"Kita lakukan pemeriksaan di tiga pasar tradisional yaitu Pasar Minggu, Pasar Panorama, dan Pasar Pagardewa. Pengecekan juga kita lakukan di supermarket yang menjual daging sapi maupun daging ayam," kata dia.

Walaupun Distanak Kota Bengkulu tidak menemukan daging tidak layak konsumsi pada pemeriksaan kesehatan daging yang beredar di pasaran, namun menurut dia, warga sebaiknya tetap waspada saat membeli daging.

"Sejauh ini daging yang beredar aman-aman saja, namun kita harus tetap hati-hati, dan hendaknya warga memeriksa daging yang akan dibeli apakah layak atau tidak untuk dikonsumsi," kata dia.

Terpopuler