REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Di antara berbagai hari raya di dunia, seperti “Thanksgiving”, “Mardi Gras”, dan “New Year”, kata kunci “lebaran” termasuk salah satu yang paling tinggi diperbincangkan. Demikian temuan Prapancha Research (PR) berdasarkan pantauan terbarunya melaui jejaring sosial Twitter.
“Dalam dua tahun terakhir (4 Agustus 2011-4 Agustus 2013), perbincangan ‘New Year’ mencapai 63,9 juta, ‘Thanksgiving’ 29,3 juta, ‘Lebaran’ 21,6 juta, dan ‘Mardi Gras’ 1,9 juta perbincangan. Namun ingat, Lebaran hanya diperbincangkan di Indonesia, sementara perayaan-perayaan lainnya diperbincangkan di berbagai negara,” ujar Rendy Mahesa, analis PR.
Pantauan PR lebih jauh juga menemukan bahwa sebagian besar kicauan terkait Lebaran tak lepas dari aktivitas konsumtif. Secara kasar, Rendy menyebutkan, 5 dari 10 kicauan yang melibatkan kata kunci “Lebaran” menyinggung tentang makanan, baju baru, atau festival perayaan yang berlangsung di hari-H. Tren pembicaraan tentang “baju” dan “makanan” juga mengalami peningkatan signifikan di minggu Lebaran, di mana perbincangan baju meningkat 102% dan makanan 106% (pantauan minggu Lebaran 2012, 16-23 Agustus 2012).
Namun selain bergerak dengan sangat cepat selama kurun Lebaran, uang juga menjangkau daerah-daerah di Indonesia secara merata mengikuti pergerakan para pemudik. “Sekurang-kurangnya bila satu kepala menghabiskan biaya minimal Rp 1 juta selama mudik, dengan asumsi jumlah pemudik mencapai 30 juta orang, uang yang berputar ke daerah-daerah akan mencapai Rp 30 triliun. Itu setara 2% APBN kita,” jelas Rendy.
Rendy menambahkan, bisa dibilang momen Lebaran bukan hanya memberikan berkah secara spiritual namun juga berkah secara sosial. Aktivitas perekonomian yang sebelumnya terpusat di kota-kota besar mengalami pemerataan ke daerah-daerah sebagaimana tak pernah terjadi di momen-momen lain.
“Namun demikian, bertambahnya pemudik setiap tahun juga menunjukkan kian besarnya tenaga-tenaga kerja dari daerah yang terserap ke kota-kota besar. Hal ini menunjukkan masih belum meratanya pembangunan di negeri ini sehingga orang-orang mesti pergi ke kota untuk mencari penghidupan,” ujar Rendy.