Daya Tampung Stasiun KA di Surabaya tak Muat Pemudik

Rep: Andi Ikhbal / Red: M Irwan Ariefyanto

Selasa 06 Aug 2013 04:08 WIB

Sejumlah pemudik berebut untuk memasuki rangkaian gerbong kereta api yang akan membawa kekampung halaman di Stasiun Pasar Turi, Surabaya, Senin (29/8). Foto: Antara/M Risyal Hidayat Sejumlah pemudik berebut untuk memasuki rangkaian gerbong kereta api yang akan membawa kekampung halaman di Stasiun Pasar Turi, Surabaya, Senin (29/8).

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Penumpang kereta api (KA) tujuan jarak jauh keberangkatan Surabaya, banyak yang tiba di stasiun lebih awal. Akibatnya daya tampung stasiun tidak dapat memuat lonjakan arus mudik Lebaran 2013.

Pantauan Republika di Stasiun Gubeng Lama, untuk keberangkatan kereta ekonomi tujuan Surabaya - Jakarta baru disiapkan sekitar pukul 12.00. Namun, mereka sudah memadati stasiun sejak pukul 10.00, sehingga kondisi stasiun terlihat padat.

Penumpang tujuan Jakarta, Kiki (25) mengatakan, dia sengaja datang lebih awal agar tidak ketinggalan kereta. Pasalnya, dia mengaku membawa banyak barang bawaan, dan akan lebih repot bila berangkat mendekati waktu kereta tiba.

"Udah tenang lah kalau udah sampai di stasiun, masalah berangkat kapan, itu urusan nanti," kata Kiki sambil duduk di belakang pos pengamanan kepolisian, depan stasiun Gubeng, Senin (5/8).

Calon penumpang kereta lokal tujuan Malang, Ria (30) mengatakan, pihak stasiun seharusnya menyiapkan shalter khusus bagi pengguna jasa layanan KA jarak jauh. Dengan begitu, tidak akan menganggu calon penumpang lain yang baru menganteri membeli tiket.

Belum lagi, dia mengeluhkan, keberadaan keluarga penumpang yang hanya mengantar dan ikut menunggu di stasiun. Bahkan, kata Ria, mereka berbondong-bondong memadati zona pembelian tiket sambil duduk lesehan di lantai. "Sesak kondisi stasiun, mau jalan keluar saja susah," ujarnya.

Penumpang lain tujuan Jakarta di Stasiun Pasar Turi, Tio (35) mengatakan, dia sengaja tidur di emperan stasiun, karena pihak stasiun tidak memberikan tempat khusus. Terlebih, dia mengaku sudah menunggu hampir lima jam dari waktu keberangkatan pukul 15.00.

Dia menganjurkan PT KAI seharusnya membangun tempat ibadah seperti mushola, bukan hanya untuk penumpang zona tiga yang sudah memiliki tiket. Sebab menurutnya, mereka yang diizinkan masuk peron adalah penumpang yang sudah siap berangkat.  "Kalau ada penumpang yang ingin menunggu, mereka bisa memanfaatkan mushola itu, jadi tidak menumpuk di selasar stasiun," kata Tio.

Kepala Stasiun Gubeng, Janet mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan strategi untuk mengantisipasi lonjakan penumpang tersebut. Di depan stasiun saat ini sudah di pasang, tali pembatas agar tidak ada kendaraan roda dua yang masuk untuk parkir sembarangan.

Dengan begitu, penumpang yang tiba lebih awal dari jam keberangkatan, dapat mengisi halaman tersebut. Dia juga mengatakan, petugas juga akan membagi zona tampung, sehingga saat KA persiapan, mereka suda diizinkan memasuki peron, dan yang di luar bisa masuk.

Hal serupa dikatakan oleh Kepala Stasiun Pasar Turi, Agus Eko Utama. Menurutnya, peralihan penumpang dari satu zona ke zona lain dinilai cukup efektif untuk menyiasati keterbatasan tempat.

Untuk fasilitas tempat ibadah yang mungkin cocok sebagai lokasi istirahat menunggu kereta, kata Eko, tersedia masjid di luar area stasiun, sehingga tidak ada alasan memadati selasar pembelian tiket jauh sebelum kedatangan KA.

"Itu karakter penumpang ekonomi, mereka lebih suka duduk di emperan seperti itu," kata Eko.

Menurutnya, untuk Stasiun Pasar Turi sendiri, daya tampung kereta jarak jauh dapat memuat 1.200 orang dan kereta daerah 636 orang. Dia juga berencana akan memasang pendingin udara di selasar ruang tunggu stasiun, sehingga tidak pengap saat ada lonkakan penumpang.

Terhitung H-4 Ahad (4/8) lalu, jumlah penumpang KA mengalami lonjakan. Di stasiun Pasar Turi, jumlah penumpang bisa mencapai 3.360 orang, sedangkan Stasiun Gubeng 7.418 orang

Terpopuler