Pengamat: Kapal di Merak Berusia 40 Tahun

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Heri Ruslan

Senin 05 Aug 2013 16:46 WIB

Pemudik dengan kendaraan pribadi mengantre di Pelabuhan Merak, Banten, Sabtu (3/8).  Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang Pemudik dengan kendaraan pribadi mengantre di Pelabuhan Merak, Banten, Sabtu (3/8).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA — Kemacetan yang terus terjadi setiap momen mudik di Pelabuhan Merak lantaran tiadanya niatan pemerintah untuk mengatasi persoalan itu.

Pengamat kebijakan publik Andrinof Chaniago mengatakan, penumpukan kendaran terjadi karena tiadanya rencana dan persiapan dalam menghadapi puncak mudik.

 

Menurut dia, harusnya puncak datangnya kendaraan bisa diprediksi jauh-jauh hari karena termasuk fenomena tahunan. Dengan prediksi kedatangan mobil dan sepeda motor menjelang Lebaran, kata dia, sangat bisa dilakukan pengukuran dengan menyediakan kapal penyeberangan. Dengan perhitungan kapasitas dermaga, tidak sulit mengangkut semua kendaraan, asal armada penyeberangan Selat Sunda dipersiapkan secara matang.

 

 

“Kalau yang dioperasikan kapal tua yang lamban manuver beloknya, kemudian jumlahnya selalu kurang, tentu bakal terjadi penumpukan kendaraan,” katanya, Senin (5/8). Ia menilai, beban puncak bisa diantisipasi asalkan armada penyeberangan mencukupi dan tangguh.

 

Andrinof menyoroti, pemerintah terkesan lepas tangan terhadap kondisi penyeberangan terpadat di Indonesia itu. Buktinya, pemerintah hanya bertugas sebagai fasilitator pengusaha swasta yang mengoperasikan kapal tua. Padahal, dari puluhan kapal RoRo yang beroperasi, ada yang beroperasi sejak tahun 1970. Meski sudah diperbaiki hingga setara baru 25 tahun, namun tetap saja armadanya kurang tangguh.

 

Idealnya, saran dia, pemerintah ikut terlibat mengoperasikan kapal dengan daya angkut besar. Jika hal itu dilakukan, ia yakin tidak ada lagi antrean panjang kendaraan yang ingin menyeberang ke Pelabuhan Bakauheni.

“Ini pemerintah hanya sebagai fasilitator pengusaha pengusaha kapal bekas yang usianya 40 tahun,” sentil akademisi Universitas Indonesia itu.