Melintasi Jalur Alternatif Selatan Sambil Menikmati Pemandangan Alam

Rep: Hannan Putra/ Red: A.Syalaby Ichsan

Senin 05 Aug 2013 12:49 WIB

Jalur selatan Jateng Foto: Antara Jalur selatan Jateng

REPUBLIKA.CO.ID, GOMBONG -- Jalur Mudik Selatan dari Rawalo menuju Gombong terpantau ramai lancar. Kendaraan dapat melaju 30-40 km/ per jam. Namun, setelah mencapai Jalan Yos Sudarso jelang Pasar Gombong, kemacetan baru terasa. 

Bagi pemudik yang jenuh dengan kepadatan kendaraan di jalur mudik selatan, Jalur alternatif di selatan di Kabupaten Cilacap dan Kebumen bisa dijadikan pertimbangan. Kendati panjang lintasan lebih jauh, namun jalur alternatif ini menawarkan hamparan pemandangan alam yang indah, dan tentu saja jauh dari macet.

Pemudik yang ingin melewati jalur ini, dari perempatan Kota Wangon bisa memilih jalur ke kanan. Sesampainya di perempatan Jeruk Legi, tinggal lurus. Jalur alternatif ini ada disepanjang pantai selatan pulau Jawa dan ujungnya bisa mencapai Yogyakarta.

Ketika di Jalan Raya Penggalang yang masih Kabupaten Cilacap, kendaraan bisa melaju 40 -50 km/jam. Namun dari pertigaan Cantelan, pemudik belok ke kanan dan bisa melaju diatas 60 km/jam.

Sepanjang jalan A. Yani Adipala hingga Jalan Diponegoro sangat sepi pengendara. Kondisi jalan yang bagus dan volume pengendara yang sedikit membuat kendaraan dapat melaju kencang. Dari Jeruk Legi hingga ke Jalur utama Gombong, kurang lebih bisa ditempuh hanya dalam waktu 1 jam 15 menit.

Sepanjang jalan alternatif memang tidak ditemui rest area. Namun pemudik bisa beristirahat dengan singgah di Desa Wisata Karang Benda. Objek wisata ini menyajikan pemandangan tepi laut dan keindahan alam sekitar.

Demikian juga objek wisata yang tersebar di beberapa titik seperti; Goa Jati Jajar, Goa Petruk, dan pantai Ayah. Semilir angin yang sejuk, hamparan sawah dan perkebunan, serta alamnya yang indah menjadikan jalan alternatif ini layak dikunjungi.

Petugas Pospam di jalur alternatif Nusawungu, AKP Suwoyo mengatakan jalur alternatif sangat sedikit dilewati pemudik. "Umumnya, mereka yang lewat sini adalah mereka yang memang tinggal di sekitar sini," jelasnya, kepada Republika, Senin (5/8).

Suwoyo mengatakan, jalur utama masih dikategorikan cukup menampung pemudik. Walau ada kemacetan, namun jalur Wangon hingga Kebumen Kota masih belum memerlukan alternatif.

"Kalau nanti ada kejadian seperti kebakaran atau kecelakaan yang membuat jalan terganggu, baru arus kendaraan kita alihkan ke jalur alternatif," jelasnya.

Kekurangannya, disepanjang jalur alternatif hanya terdapat satu SPBU dan satu mini market alfamart. SPBU dan mini market ini dapat ditemui ketika telah memasuki desa Nusawungu.

Kerusakan jalan memang ada ditemui di perbatasan Desa Gedung Bedak dan desa Klomprit. Namun, kerusakan hanya sekitar 100 meter. Selain itu, warga setempat yang menjemur padi di pinggir jalan juga cukup mengganggu laju kendaraan. Memasuki desa Rowokele, petani setempat yang memanen sawah juga mengganggu aktifitas jalan.

Keterangan Suwoyo, sebaiknya pemudik yang ingin ke Yogyakarta tidak disarankan mengikuti jalur alternatif ini. Kondisi jalan yang melewati pegunungan dan berbelok-belok dikhawatirkan akan menyusahkan pemudik.

Selain itu, kondisi jalan yang sepi juga dapat membingungkan pemudik jika terjadi kerusakan kendaraan. "Jalan ke Jogja turun naik, jadi mereka yang tidak terbiasa ya harus pelan-pelan," jelas Suwoyo.

Terpopuler