REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ritual mudik lebaran setiap tahun selalu menimbulkan korban jiwa. Kecelakaan lalu lintas, baik akibat faktor teknis mau pun manusia menjadi faktor penyebab kecelakaan. Korban jiwa pun terus meningkat setiap tahunnya.
Berdasarkan data berbagai sumber, korban meninggal selama mudik lebaran pada 2010 mencapai 632 orang. Kemudian, 2011 terdapat 587 orang dan 2012 korban meninggal 908 orang. Sedangkan tahun ini hingga Sabtu (3/8) Markas Besar Polri setidaknya mencatat telah terjadi 224 kasus kecelakaan yang mengakibatkan 60 orang tewas. Sebagian besar korban meninggal adalah korban kecelakaan sepeda motor.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam siaran persnya, Senin (5/8) mengatakan selama 2012, kecelakaan mudik mengakibatkan 908 orang meninggal, 1.505 orang luka berat, dan 5.139 orang luka ringan. "Jika dibandingkan korban akibat bencana, ternyata lebih banyak," kata dia.
Korban bencana 2012 tercatat 641 orang meninggal dan 226 orang hilang atau keseluruhan 867 orang. Ini adalah korban bencana selama satu tahun dari 13 jenis bencana yang ada. Sedangkan korban mudik lebaran selama 20 hari.
Memang, kata Sutopo, korban bencana tergantung dari besaran bencana yang ada. Pada 2010 adanya banjir bandang Wasior, tsunami Mentawai, dan erupsi Merapi dan bencana kecil lainnya korban meninggal dan hilang mencapai 4.186 orang. Kemudian pada 2011 korban bencana 1.864 orang.
Jumlah tersebut jika dibandingkan dengan korban kecelakaan lalu lintas secara keseluruhan jauh lebih kecil. Korban meninggal 2010 akibat kecelakaan lalu lintas 31.234 orang. Kemudian 2011 ada 30.629 orang dan 2012 ada 27.441 orang.
Menurut data World Health Organization (WHO), jalan raya merupakan pembunuh nomor tiga di dunia setelah penyakit Jantung Koroner dan Tubercolosis. Di Indonesia, menurut data Polri, selama 2012 terjadi 109.038 kasus kecelakaan dengan korban meninggal dunia sebanyak 27.441 orang.
Menurutnya, teori risiko bencana dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengatasi masalah yang ada. Bahwa risiko adalah perkalian antara bahaya dan kerentanan dibagi dengan kapasitas yang ada. Bahayanya adalah kecelakaan lalu lintas tersebut, baik di darat, laut dan udara.
Kerentanan menyangkut dengan kondisi terbatasnya ruas jalan, kerusakan jalan, jumlah pemudik yang terus meningkat, terbatasnya angkutan massal, faktor cuaca, kelelahan pengendara, kurang laiknya kendaraan dan sebagainya. Kapasitas menyangkut jumlah aparat, pos kesehatan, dan sebagainya.
"Perlu segera angkutan massal yang memadai," ujarnya. Memang mudik lebaran adalah masalah yang yang kompleks. Tapi bukan berarti tidak bisa diatasi. Apalagi ini adalah ritual tahunan yang waktunya dapat diprediksikan sebelumnya sehingga antisipasi dapat dilakukan.