Mudik Aman dengan Mobil Pribadi

Rep: Agus Raharjo/ Red: A.Syalaby Ichsan

Ahad 04 Aug 2013 11:32 WIB

Pemudik dengan kendaraan pribadi mengantre di Pelabuhan Merak, Banten, Sabtu (3/8).  Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang Pemudik dengan kendaraan pribadi mengantre di Pelabuhan Merak, Banten, Sabtu (3/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah pemudik tahun ini akan mencapai 30 juta orang. Jumlah ini mengalami kenaikan tajam dibanding jumlah pemudik tahun 2012 lalu yang hanya di angka 13,6 juta orang.

Dari jumlah tersebut, transportasi darat menjadi sarana paling favorit. Hal itu membuat pergerakan kendaraan pribadi dan sepeda motor tahun ini juga meningkat.

Mobil yang akan digunakan untuk mudik diprediksi meningkat tahun ini menjadi sekitar 1,75 juta mobil. Sedangkan, sepeda motor diperkirakan akan naik  menjadi 3,02 juta.

Namun, hal yang mungkin dianggap biasa dalam tradisi mudik adalah munculnya masalah baru yaitu kemacetan dan kecelakaan di jalan raya. Terlebih, mereka yang pulang ke kampung halamannya menggunakan kendaraan pribadi baik mobil atau motor.

Dari data kecelakaan pemerintah tahun lalu, tercatat hampir 1.000 orang meninggal dalam dua pekan saat mudik Lebaran.

Jumlah itu tiap tahun terus mengalami peningkatan. Kecelakaan pada transportasi darat menjadi penyumbang terbesar kecelakaan selama mudik Lebaran.

Praktisi safety driving dari Jakarta Defensif Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu menilai tidak ada kegiatan yang dapat menyebabkan kematian banyak orang hanya dalam waktu dua pekan kecuali aktivitas mudik Lebaran. Selain itu, dari aktivitas mudik ini juga negara mengalami kerugian sekitar Rp 6,2 triliun.

Menurut Jusri, penyebab utama kecelakaan yang terjadi di jalan adalah karena pengetahuan safety driving yang dimiliki mayoritas pengemudi di Indonesia masih sangat lemah. Selain itu, kebanyakan kemampuan mengemudi masyarakat Indonesia didasarkan pada pengalaman, bukan pemahaman mengemudi.

Akibatnya, banyak orang Indonesia mengemudi berdasarkan naluri pengalamannya, bukan pemahaman akan berkendara secara benar. “Jadi, paradigma orang Indonesia harus diubah dengan memahami berkendara, bukan berdasarkan pengalaman karena coba-coba mengemudi kalau ingin menekan jumlah kecelakaan,” kata Jusri, di Jakarta.

Selain itu, harus ada pemaksaan terhadap ketaatan berlalu lintas mulai dari wilayah domestik masing-masing, baik di lingkungan keluarga, tempat kerja maupun institusi masing-masing. Jusri mengingatkan sejumlah hal agar dapat mudik secara nyaman bagi mereka yang membawa kendaraan sendiri.

Pertama, kata dia, stamina pengemudi menjadi faktor utama saat mudik Lebaran ini. Untuk itu, minimal seminggu sebelum melakukan perjalanan mudik, pengemudi harus mengatur pola istirahatnya. Misalnya, dengan mengatur pola tidur lebih awal untuk menjaga stamina.

Calon pengemudi juga harus memperhatikan pola makannya untuk membiasakan tubuh dengan asupan gizi yang terjaga. Minimal, calon pengemudi harus menambah asupan protein dan mengurangi karbohidrat. Asupan air juga diperbanyak dengan menambah porsi air dari buah-buahan.

Pola berkendara juga harus senantiasa dijaga saat melakukan perjalanan. Secara ideal, seorang pengemudi hanya boleh mengemudi selama 10 jam dalam satu hari. Itupun dengan pola dua jam mengemudi lalu istirahat 30 menit. Dilanjutkan istirahat setiap satu jam mengemudi. Jangan sampai satu pengemudi membawa kendaraan selama 10 jam tanpa ada istirahat sama sekali. “Dan istirahat yang paling bagus adalah tidur,” kata Jusri. 

Terpopuler