Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan yang Mulai Ditinggalkan

Red: A.Syalaby Ichsan

Ahad 04 Aug 2013 09:00 WIB

Pengunjung antre membayar belanjaan di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Rabu (15/8). Mendekati warga mulai memadati pusat-pusat perbelanjaan untuk membeli kebutuhan Lebaran Idul Fitri 1433 H seperti makanan olahan, minuman dan keperluan lainya. Foto: Republika/Wihdan Hidayat Pengunjung antre membayar belanjaan di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Rabu (15/8). Mendekati warga mulai memadati pusat-pusat perbelanjaan untuk membeli kebutuhan Lebaran Idul Fitri 1433 H seperti makanan olahan, minuman dan keperluan lainya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di pengujung Ramadhan, sebagian besar masyarakat justru sibuk dengan rutinitas tahunan, menyambut Lebaran.

Pantauan RoL, malam-malam terakhir ini warga Jakarta memadati mal. Pesta diskon hingga berpuluh persen digelar di hampir semua pusat perbelanjaan. Jalan pun macet karena dipadati para pencari diskon.

Begitupula dengan terminal, pelabuhan dan bandara. Semua warga berlomba-lomba untuk pulang ke kampung halaman menjalankan ritual mudik. Data dari Kementerian Perhubungan, tak kurang dari 30 juta warga yang akan meninggalkan kota pada musim mudik kali ini.

Boleh saja hal itu dilakukan, kata Ketua Yayasan an-Nurmaniah,  Ustazah Hj Nurma Nugraha MA, sebagai bentuk syukur.

Namun, kata sosok yang akrab dikenal sebagai pendakwah itu, jangan sampai aktivitas tahunan tersebut malah menghilangkan keutamaan di pamungkas Ramadhan. Bahkan, tak jarang sepertiga malam terakhir itu lebih didominasi oleh pikiran-pikiran duniawi. ”Mulai muncul kemalasan beribadah,” paparnya.  

Padahal, Rasulullah SAW pada 10 malam terakhir Ramadhan malah lebih mengencangkan ikat tali pinggangnya. Di sepanjang masa itulah, konon lailatul qadar berada, terutama di malam-malam ganjil. Rasul memaksimalkan beribadah dan mengajak keluarganya. 

Mulai membaca Alquran hingga berzikir. Tak ketinggalan berdoa, sebagai berikut: “Allahumma innaka 'afuwwun karim tuhibbul afwa fa'fu anni (Ya Allah Engkalau Yang Maha Pengampun Lagi Maha Pemurah, Engkau senang mengampuni hamba-hamba-Mu karena itu ampunilah dosa-dosaku).'' 

"Maksimalkanlah beribadah," ajak Nurma. Tak ada jaminan Ramadhan akan kembali menyapa tahun depan. Seandainya, seorang Muslim mengetahui tangisan lautan kala Ramadhan pergi, ia tak akan pernah menyia-nyiakan Ramadhan. 

Kepergian Ramadhan, katanya mengibaratkan, adalah musibah sebab pahala berlipat ganda sudah tak ada lagi. Tak ada lagi buka puasa bersama, tak ada lagi keindahan bersilaturahim dan shalat Tarawih berjamaah di masjid selain saat Ramadhan.

Maka, pada penutup Ramadhan itu pula, tambahnya, jangan lewatkan pembebasan dari api neraka itqun minan naar. Allah SWT memberikan jaminan ini kepada hamba-Nya yang menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan memperbanyak amal ibadah seperti shalat, sedekah, zakat, merenungi dosa, dan menyantuni fakir miskin. Berhati-hatilah. ''Karena di malam-malam terakhir itu godaannya paling besar," ujarnya.

Terpopuler