REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mendekati akhir Ramadhan, suasana Masjid Raya bukan hanya diramaikan jamaah yang ingin melaksanakan ibadah shalat dan membayar zakat saja. Namun diramaikan juga aktivitas dari para pengemis yang mulai mendatangi sudut-sudut Masjid Raya. Salah satu Masjid Raya yang jelas terlihat di Masjid Istiqlal.
Pada Jumat terakhir di bulan Ramadhan 1434H, hampir di setiap pintu masuk Masjid Istiqlal dipadati mereka yang menunggu belas kasihan dari para jamaah. Para pengemis ini pun jumlahnya jauh lebih banyak dibanding hari-hari biasa atau pada saat awal puasa. Dan yang unik hampir keseluruhan para pengemis ini datang dari luar wilayah di Jakarta.
Salah satu pengemis yang sempat ditemui Republika adalah Musniah (70 tahun). Musniah mengakui mengemis di Istiqlal dari 10 hari terakhir di Ramadhan. Ia rela memberanikan dirinya dari Karanganyar, Jawa Tengah, ke Jakarta untuk mendapatkan belas kasih dari jamaah di Istiqlal. "Sendirian mas," ujarnya ketika ditanya.
Berbeda dengan peminta-minta lain yang berada di halaman luar Istiqlal, Musniah meminta-minta di lorong Masjid Istiqlal dekat di lokasi Shalat jamaah. Sakit sendi dan paru-paru menjadi alasannya menjadi pengemis. Ia juga mengakui, sudah hampir setiap tahun ia ke istiqlal. Hal yang sama dilakukan puluhan pengemis yang bahkan menyertakan anak-anak.
Hal ini diakui Sekretaris Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal (BPPMI), Subandi. Diakuinya, sulit untuk mengatur para peminta-minta ini. "BPPMI sudah berusaha mengatur ketertiban gepeng ini di Istiqlal, tapi pengelolaan itu akhirnya cukup sulit karena jumlah mereka yang cukup banyak," ujar Subandi, Jumat (2/7).
Fenomena para pengemis ini diakui Subandi memang selalu terlihat jelang akhir Ramadhan di setiap Masjid Raya. Logika mereka, kata dia, di masjid raya seperti di Istiqlal ini yang shalat pejabat dan orang kaya, sehingga banyak orang yang akan sukarela berderma kepada mereka.
Untuk Istiqlal, BPPMI pernah bekerjasama dengan pemerintah DKI Jakarta dengan Satpol PP, untuk menertibkan mereka. Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam, Abdul Djamil Mengatakan, pemerintah memiliki tangging jawab merubah Mustahik menjadi Muzakki. Mereka yang sudah menjadi budaya meminta-minta ini harus diubah. "Ini tugas Bimas Islam untuk mengelola mereka," tegasnya.