Waspada, Banyak Makanan Takjil Mengandung Formalin dan Boraks

Red: Heri Ruslan

Kamis 01 Aug 2013 14:20 WIB

Setiap sore menjual makanan takjil (ilustrasi) Foto: ROL/MG04 Setiap sore menjual makanan takjil (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) masih menemukan adanya pedagang makanan takjil atau makanan khas berbuka puasa di berbagai daerah di Jakarta masih menggunakan bahan berbahaya yang melebihi batas.

"Sampling dan pengujian dilakukan pada penjaja di pasar tradisional, toko, swalayan dan tempat-tempat yang khusus menjual pangan buka puasa," kata Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Roy Sparringa di Jakarta, Kamis.

Bahan berbahaya dimaksud seperti formalin, boraks, rhodamin-B, "methanyl yellow" dan penggunaan pemanis buatan siklamat.

Selama minggu pertama hingga ketiga Ramadhan, BPOM mengambil sampel untuk diuji sebanyak 2.256 sampel dengan hasil uji 86,84 persen di antaranya memenuhi syarat dan 297 sampel (13,16 persen) sisanya tidak memenuhi syarat.

Sedangkan jenis makanan yang diambil sebagai sampel antara lain bakso, jelly, agar-agar atau produk gel lainnya, es (es cendol, es campur dan sejenisnya), bubur (kolak, bubur ketan hitam, bubur kacang hijau, bubur kolang kaling), mi, minuman berwarna dan sirup, kudapan (makanan gorengan seperti bakwan, tahu goreng, batagor, pempek, lontong), makanan ringan seperti kerupuk dan keripik serta lauk pauk seperti sambal plecing, sate, ikan goreng.

Bekerja sama dengan Balai Besar POM DKI Jakarta, pengawasan makanan takjil dilakukan antara lain di lokasi Tebet Barat, Johor Baru, Grogol, Koja, Bendungan Hilir (Benhil), Palmerah dan Rawamangun dan menemukan pelanggaran terbesar antara lain dilakukan dengan penyalahgunaan formalin yang digunakan sebagai bahan pengawet.

Seharusnya formalin tidak diperbolehkan sama sekali dalam makanan, namun BPOM menemukan bahan pengawet tersebut berada dalam tahu segitiga, tahu putih, siomay, mi basah, sate ikan, ikan asin, asinan, es cendol, es cincau maupun es pisang ijo.

"Kami menemukan sekitar 36 persen sampel yang diuji mengandung formalin," ujar Roy.

Sedangkan boraks yang juga disalahgunakan sebagai bahan pengawet makanan ditemukan BPOM terdapat dalam bakso, es cendol, pempek, kerupuk, mi basah dan rumput laut.

Bahan pewarna bukan untuk makanan rhodamin-B juga banyak ditemukan dalam makanan mutiara, pacar cina, cendol delima, kolang kaling merah, es sirup, rumput laut, agar-agar merah, kerupuk merah, kue apem dan sambal terasi.

Sakarin atau pemanis buatan sementara itu ditemukan dalam es campur, es pisang ijo, kue lapir dan talam.

"Sakarin sebenarnya boleh digunakan namun dalam kadar tertentu, ini harus diawasi ketat karena banyak juga digunakan dalam industri," kata Roy.

Para pedagang yang produk pangannya mengandung bahan berbahaya tersebut akan diberikan peringatan dan pembinaan sebagai langkah perbaikan untuk kedepannya.

Terpopuler