REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ritual mudik tahunan menyimpan potensi ekonomi besar untuk daerah. General Manager Social Development Dompet Dhuafa (DD) Muhammad Sabeth Abilawa mengatakan, riset lembaganya menemukan potensi aliran ekonomi ke daerah selama mudik 2013 mencapai Rp 90,08 triliun.
"Dana ini berasal dari transportasi, wisata dan kedermawanan pemudik ke sanak keluarga," ujar Abilawa di Jakarta, Kamis (1/8).
Pusat Data Kemiskinan DD memperkirakan, jumlah pemudik tahun 2013 mencapai lebih dari 30 juta orang. Dari jumlah tersebut, pemudik menggunakan angkutan umum ada 18.098.837 orang dan sisanya menggunakan kendaraan pribadi.
Angka pemudik yang sangat besar ini diikuti dengan perputaran ekonomi yang besar pula. Abilawa menyebut, berdasar perhitungan Bank Indonesia, jumlah uang yang beredar sampai H-3 lebaran mencapai Rp 300 triliun. "Angka ini merujuk 56 persen penduduk kota besar yang mudik," katanya.
Abilawa menambahkan, perputaran ekonomi dari zakat pun mengalir ke daerah. Pihaknya menemukan 52 persen lebih pemudik menunaikan zakat di daerah tujuan. "Kalau dihitung ada Rp 14,7 triliun zakat orang kota mengalir ke daerah," ucapnya.
Sayangnya, menurut Abilawa, belum ditemukan korelasi positif dari potensi ekonomi itu untuk kemajuan daerah tujuan. Pihaknya baru akan melakukan riset ekonomi mudik untuk melihat besaran riil uang yang bisa dialirkan ke daerah.
"Nanti bisa tahu berapa yang habis di jalan, konsumsi hingga ke kas negara melalui pajak tiket dan BBM misalnya," ungkapnya.
Mudik, ujar Abilawa, sebenarnya fenomena sosial-keagamaan khas indonesia. Seharusnya, tuturnya, pemerintah pusat dan pemerintah daerah menyadari potensi ekonomi di balik mudik. sehingga bisa digunakan untuk rekayasa sosial membangun daerah melalui investasi usaha kecil di daerah.