Menggapai Malam Seribu Bulan

Red: Heri Ruslan

Kamis 01 Aug 2013 12:00 WIB

Malam Lailatul Qadar (Ilustrasi). Malam Lailatul Qadar (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erdy Nasrul

Sejumlah riwayat menyebut Lailatul Qadar ada di malam-malam ganjil.

Konon, menurut sejumlah riwayat, salah satu hikmah intensifikasi ibadah oleh Rasulullah SAW pada sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah meraih keutamaan Lailatul Qadar. Sepertii disebutkan dalam surah al-Qadr tentang keistimewaan malam ini.

Tanda-tanda keberadaan malam tersebut, ujar Dosen Universitas al-Azhar Indonesia Ahmad Ahidin, antara lain, kuatnya cahaya atau sinar pada malam itu. Jiwa dan perasaan Muslim lebih tenang bila dibandingkan dengan malam-malam lainnya. Angin bertiup tenang.

“Tanda lainnya, orang yang sedang shalat mengalami kenikmatan yang luar biasa dibandingan shalat lain,” kata Ahmad Ahidin kepada Republika, Rabu (31/7).

Ia menyatakan, Lailatul Qadar diperkirakan jatuh pada malam-malam ganjil dari Ramadhan secara hakiki. Yakni, malam 21, 23, 25, 27, dan 29. Lalu, sebagian ulama menyatakan, Lailatul Qadar berpindah-pindah dari dari satu malam ke malam ganjil lainnya pada setiap tahunnya. Lailatul Qadar tidak melulu pada satu malam tertentu setiap tahunnya.

Tidak seperti malam-malam biasa, kata Ahidin, Lailatul Qadar tidak seperti malam-malam selainnya. Pahala amal saleh di dalamnya sangat besar. Maka siapa yang terhalang mendapatkan pahalanya, sungguh  ia tidak mendapatkan kebaikan malam itu.

Oleh karenanya, sudah sewajarnya seorang Muslim menghidupkan malam tersebut dengan bersungguh-sungguh melakukan ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT secara maksimal. Dan, menghidupkannya harus didasarkan kepada iman dan berharap pahala kepada Allah.

Lailatul Qadar adalah malam yang agung; malam penuh kemuliaan. Ibadah di dalamnya lebih baik daripada ibadah selama seribu bulan. Siapa yang mendapatkan kemuliaannya, sungguh ia manusia beruntung dan dirahmati. Sebaliknya, siapa yang luput dari kebaikan di dalamnya, sungguh ia termasuk manusia buntung dan merugi.

Kemuliaan Lailatul Qadar yang penuh keberkahan dapat dilihat dari pilihan Allah terhadapnya untuk menurunkan kitab terbaik-Nya dan syariat agama-Nya yang paling mulia.

Ahidin menyatakan, barang siapa yang merindukan Lailatul Qadar, hendaknya ia bersungguh-sungguh dalam sisa hari Ramadhan ini, khususnya di sepuluh hari terakhirnya.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah M Zaitun Rasmin menyatakan, setiap Muslim harus merindukan malam ini. Hanya sekali dalam setahun malam Lailatul Qadar terjadi. Orang yang beribadah sepanjang tahun tentu lebih mudah mendapatkan kemuliaan malam ini.

Malam tersebut penuh dengan keselamatan. Setan tidak dapat berbuat apa-apa. Malam ini juga berarti terbebasnya manusia dari hukuman dan siksa karena mereka taat kepada Allah.

Ia menjelaskan malam yang lebih mulia dari malam seribu bulan itu hendaknya dimanfaatkan umat Islam untuk beribadah dengan rajin. Sayang, ia menjelaskan, pada saat malam ini tiba, masjid-masjid tidak seramai malam-malam pada awal Ramadhan.

Mereka yang mendapatkan Lailatul Qadar pasti mendapatkan ampunan dan pahala dari Allah. Pahala dan ibadah pada saat itu lebih baik daripada seribu bulan bagi mereka yang menghidupkannya dengan berbagai macam ibadah dan kebaikan. Zaitun mengutip sebuah hadis bahwa barang siapa yang beribadah pada Lailatul Qadar maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Zaitun menyatakan, akan sangat baik bila malam itu betul-betul dimanfaatkan untuk beribadah. Ini adalah kesempatan yang langka selama hidup. Seandainya seseorang beribadah pada malam itu maka pahalanya sama dengan beribadah selama seribu bulan atau sekitar 83 tahun. “Sayang bila terlewatkan,” ujarnya.

Terpopuler