Tidur Tepat Saat Puasa

Rep: rosita budi suryaningsih/ Red: Damanhuri Zuhri

Kamis 01 Aug 2013 01:29 WIB

Laki laki tidur.  (ilustrasi) Foto: Republika/Musiron Laki laki tidur. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Berpuasa membuat pola tidur berubah. Perubahan ini terjadi karena waktu tidur terpotong oleh sahur.

Kadang, orang yang berpuasa kemudian balas dendam dengan tidur yang lama saat siang harinya. Alasan lainnya, tubuhnya melemas karena sedang berpuasa yang tak mendapatkan asupan makanan.

Banyak tidur saat berpuasa pada siang hari, menurut dokter spesialis penyakit dalam dari RSCM, Ari Fahrial Syam, justru akan membuat tubuh terasa lemas dan tak bertenaga.

Alasan menghemat tenaga dengan tidur-tiduran justru akan membuat orang semakin lemas, tidak bersemangat, dan tidak bertenaga. “Pada saat melakukan ibadah puasa,  justru sebaiknya tetap melakukan aktivitas sehari-hari,” katanya.

Ketika berpuasa, kata dia, tubuh dipersiapkan untuk beraktivitas dengan makan pada saat sahur dan buka puasa.

Persiapan makan ini sudah cukup untuk memberikan energi seharian kala berpuasa dengan aktivitas yang sama dengan hari-hari biasa. Apabila merasa mengantuk atau lelah, tidur sah-sah saja dilakukan.

Tubuh perlu istirahat sebentar agar bisa rileks dan bisa mengumpulkan tenaga kembali.  “Yang menjadi masalah adalah tidur dilakukan ketika tubuh merasa dalam kondisi on,” ujarnya.

Kondisi on atau tubuh dalam kondisi siaga seharusnya digunakan untuk beraktivitas. Jika tak kuat berolahraga, bergerak ringan atau peregangan otot-otot di tempat bisa menjadi pilihan.

Peregangan ini dapat membantu kerja aliran darah ke seluruh tubuh, terutama pada bagian kepala. Lakukan peregangan secara teratur dengan cara yang sederhana, ditambah memberi pijatan pada area kepala dan wajah.

Lakukan hal tersebut paling tidak satu jam sekali. Jika pada saat tubuh dalam kondisi siaga dan orang sengaja menidurkannya dengan tidur-tiduran, otot-otot tubuh akan melemas.

Ketika akan melakukan sesuatu, tubuh tak siap melakukannya sehingga melakukan aktivitas terasa sangat berat. Ketika orang dalam posisi tidur atau sekadar tidur-tiduran, tubuh mengirimkan pesan ke otak untuk bermalas-malasan.

Hasilnya, tubuh pun akan menanggapi pesan dari otak dengan respons otot yang santai. “Otot menjadi tak siap melakukan aktivitas,” ujarnya.

Dari sisi psikis, posisi tiduran membuat malas beraktivitas sehingga membuat tubuh lemas dan tak bersemangat. Ketika otot melemas karena banyak tidur, diperlukan waktu yang cukup lama untuk mengembalikannya kembali ke posisi on lagi.

Ini yang menjadi masalah ketika berpuasa karena tak segera mendapatkan tenaga, menyiagakan otot yang telah melemas ini membutuhkan waktu yang lebih lama dan lebih sulit karena tak ada asupan makanan.

Banyak tidur kala berpuasa justru tak ada manfaatnya. Untuk itu, Ari menyarankan agar orang berpuasa bisa tetap melakukan aktivitas sehari-harinya sama dengan ketika ia tidak berpuasa. Namun, ia mengingatkan untuk menurunkan kadar aktivitas berat jika dilakukan pada tengah hari.

Hindari aktivitas yang terlalu berat untuk menghindari pengurasan tenaga otot yang dapat menyebabkan keringat dan kehilangan elektrolit berlebih yang pada akhirnya menyebabkan orang dehidrasi pada saat berpuasa.

Satu lagi yang perlu diingat agar tak banyak tidur saat siang, namun waktu istirahat bisa cukup adalah dengan menghindari begadang. Usahakan untuk tidak begadang saat bulan puasa apabila memungkinkan segeralah tidur setelah shalat Tarawih.

Terpopuler