REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PP Muhammadiyah melihat ada kemungkinan Idul Fitri akan ditentukan bersamaan pada 10 tahun ke depan. Alasannya, karena disatukan oleh faktor alam.
"Perhitungan persamaan ini sejak 1433 H hingga 1440 H. Dari 10 tahun itu kemungkinan penetapan lebaran lebih banyak bersamaan," ujar Ketua PP Muhammadiyah, Yunahar Ilyas kepada Republika, Rabu (31/7).
Dari tahun lalu hingga beberapa tahun ke depan, tambah dia, ijtimak (konjungsi) bumi dan bulan untuk 1 Syawal sering terjadi lebih awal. Sehingga pada saat sore hari derajat wujudul hilal sudah melebihi dua derajat.
Sesuai dengan kesepakatan, kata dia, ketika sudah mencapai dua derajat dimungkinkan hilal bisa terlihat. Namun ia enggan menyebutkan tahun-tahun yang diprediksi akan lebih banyak kesamaan lebaran dalam 10 tahun terakhir. "Yang pasti lebih banyak sama dan sedikit perbedaannya," katanya.
Ia menegaskan kemungkinan lebih banyaknya persamaan waktu lebaran itu, bukan karena perubahan standar metodologi, baik hisab atau rukyat. Namun lebih karena alam yang memungkinkan ijtimak bulan baru Syawal lebih awal.
Sedangkan untuk penetapan awal Ramadhan akan tetap terjadi pada tahun-tahun ke depan. Walau pun tetap terjadi kemungkinan persamaan penetapan antara metode hisab dan rukyat. Tapi tidak sesering penetapan Idul Fitri.
"Tahun ini insya Allah Idul Fitri jatuh pada 8 Agustus 2013. Karena menurut metodologi hisab hakiki ijtimak sudah terjadi pada hari Rabu, 7 Agustus 2013 pukul 4.52:19 WIB."
Tapi bagi mereka yang berpegang metodologi rukyat, jelas dia, hilal ini tetap harus dilihat walau pun dianggap sudah dua derajat lebih.