MUI: Lailatul Qadar Adalah Terowongan Waktu

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Mansyur Faqih

Rabu 31 Jul 2013 02:10 WIB

Malam Lailatul Qadar (Ilustrasi). Malam Lailatul Qadar (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam diimbau untuk menunaikan iktikaf pada 10 hari terakhir Ramadhan. Karena itu, kaum Muslim hendaknya berlomba-lomba beribadah agar bisa meraih amalan yang kadarnya sama dengan seribu bulan.

"Lailatul qadar itu time tunnel. Jika kita dapat anugerah beramal shaleh dalam satu malam ganjil, Allah menjanjikan pahala berlipat setara 83 tahun," kata Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnaen, Selasa (30/7).

Menurut Tengku, lailatul qadar bagaikan terowongan waktu untuk memotong alam berlipat-lipat hanya dengan mengerjakan ibadah dalam satu malam. Bayangkan, kata dia, umat nabi Muhammad yang usianya pendek pasti amalnya sangat sedikit jika dibandingkan dengan umat terdahulu yang bisa hidup ratusan tahun. 

Maka itu, dengan adanya malam lailatul qadar, umat punya kesempatan mengimbangi atau bahkan mengalahkan amal umat sebelumnya. Karena andaikata seseorang bisa mendapatkan 10 kali saja malam qadar dalam seumur hidupnya dan mengisi dengan amal shaleh pada tiap malam, maka orang itu dihisabnya telah beramal selama 830 tahun.

Kalau itu bisa dicapai, kata dia, pasti umat Rasulullah lebih mulia ketimbang umat Nabi Nuh yang usianya mencapai 900 tahun, yang bercampur dengan tidur, bekerja, masa kecil dan uzur itu. Tengku menyitir salah satu firman Allah, "Maka benar Allah sangat sayang kepada orang yang beriman." 

"Jangan sia-siakan waktu. Intiplah malam Qadar dan maksimalkan menembus terowongan waktu guna meraih kedudukan tertinggi di akhirat kelak,” ujar Tengku. 

Jika itu benar terjadi, sambungnya, nabi Muhammad pasti bangga dengan umatnya yang terus menjalankan amalan yang diajarkannya. 

Terpopuler