Tantangan Muslim AS Setelah Ramadhan

Rep: Agung Sasongko/ Red: A.Syalaby Ichsan

Selasa 30 Jul 2013 11:33 WIB

Situasi Ramadhan di Amerika Serikat Foto: onislam.net Situasi Ramadhan di Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Selepas Ramadhan, Muslim Amerika Serikat berharap dapat menjaga displin spiritual dan fisik sepanjang tahun. Tantangan itu tentunya tidaklah mudah.

"Ramadhan itu seperti kursus kilat intensif," komentar Khan, ibu tiga anak seperti dikutip onislam.net, Selasa (30/7). Khan, yang seorang dokter, mengaku selama Ramadhan ia tidak lagi sembarang mengkonsumsi teh. Karena di Ramadhan, hanya pada saat sahur dan berbuka saja Khan dapat menikmatinya.

"Inilah mengapa saya selalu menganalogikan Ramadhan itu seperti kursus. Intinya kan, apakah kita bisa menerapkan hasil kursus itu sepanjang tahun," kata dia.

Khan mengungkap, selama Ramadhan ia merasa lapar dan haus beribadah. Membaca Alquran dan shalat malam menjadi rutinitas.  Semangat itu selanjutnya ia tularkan kepada keluarganya.

Anak sulungnya, Ameen, 11 tahun, telah berpuasa penuh. Dua anak lainnya tengah belajar puasa, dan tahun depan akan mengikuti kakaknya berpuasa penuh.

Jelang berbuka, Khan dan keluarga selalu menyempatkan berbuka bersama. "Kami mencoba tetap sederhana dan fokus. Saya bersyukur Tuhan telah memberikan saya kekuatan untuk melakukannya," kata dia.

Menurut dia, ketika Ramadhan itu diniatkan untuk Tuhan maka seberapapun tantangan yang menghadang tidak akan menghalangi. Itu terjadi, karena iman Anda telah tumbuh.

Tak melulu berkomunikasi dengan sang Pencipta, Khan juga intensifkan beramal. Baginya, berbagi dengan sesama merupakan bagian terpenting dalam hidupnya.

Tahun 2012 silam, ia dirikan klinik gratis di Mount Pleasant. Klinik ini melayani berbagai masalah kesehatan tanpa memandang iman seseorang.