Mencari Kesyahduan Lailatul Qadar

Rep: Amri Amrullah/ Red: A.Syalaby Ichsan

Ahad 28 Jul 2013 14:47 WIB

Malam Lailatul Qadar (Ilustrasi). Malam Lailatul Qadar (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seluruh umat Islam menunggu lailatul qadar untuk mendapatkan pahala dan keistimewaan sebanding dengan malam seribu bulan.

Beberapa Muslim meyakini datangnya malam lailatul qadar pada 10 malam  terakhir bulan Ramadhan di malam ganjil, sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW. 

 Sehingga banyak umat Islam yang semakin giat aktivitas ibadahnya di 10 malam terakhir terutama di malam-malam ganjil.

Wakil Menteri Agama (Wamenag) Nasarudin Umat mengingatkan menggiatkan ibadah dan mencari pahala bukan hanya menunggu lailatul qadar. Akan tetapi kesyahduan beribadah itu dibutuhkan di setiap malam di bulan Ramadhan untuk mendapatkan lailatul qadar.

 Ia menyayangkan, lailatul qadar di umat Islam Indonesia lebih menjadi sebuah mitos, dimana umat Islam hanya menggiatkan ibadah di malam-malam ganjil untuk mendapat suasana lailatul qadar.

Bahkan, beberapa kalangan mengaitkan karakter lailatul qadar dengan suasana yang tidak ada diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW. Seperti tidak adanya angin yang berhembus, malam yang begitu sunyi dan sebagainya. 

 Menurut dia, itu semua adalah firasat yang tidak tepat yang tidak jelas siapa riwayatnya. "Sebenarnya untuk mendapatkan kesyahduan lailatul qadar itu dimulai sejak awal Ramadhan dan menuju puncaknya hingga malam terakhir Ramadhan. Kalau hanya beribadah di 10 malam terakhir demi lailatul qadar itu namanya memistikan lailatul qadar," jelas  Nasarudin kepada Republika, Ahad (28/7).

 Karena itu tidak selayaknya umat Islam mengedepankan mitos lailatul qadar. Mitos tersebut dengan mengatakan ilusi-ilusi yang malah mengeyampingkan kekhusukan dan keheningan jiwa dalam beribadah kepada Allah.

Ia mengatakan, tidak ada yang bisa mengungkapkan siapa yang benar-benar mendapatkan lailatul qadar. Namun memang ada beberapa ciri mereka yang mendekati lailatul qadar.

Diantaranya, jelas dia, bisa jadi ada yang merasakan kerinduan dan kesyahduan beribadah di 10 malam terakhir. Dan ia semakin mengakrabkan dirinya dengan keheningan bersama tuhannya di sepertiga malam terakhir.

"Beriktikaf menggiatkan sholat malam, mengaji tafakur dan tasyakur di penghujung 10 malam terakhir," terangnya.

 

Terpopuler